Epidemiolog UGM: Tanda-Tanda Berakhirnya Pandemik Semakin Nyata
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad melihat tanda-tanda berakhirnya pandemik semakin mendekati kenyataan. Menurutnya, penyakit tidak lagi menimbulkan orang sakit dan tidak membebani sistem kesehatan sehingga pada akhirnya tidak terlalu menjadi masalah.
“Artinya kita terinfeksi tetapi kita tidak sakit, kan tidak perlu ngapa-ngapain tho. Kita tetap beraktivitas, tidak harus ke rumah sakit dan seterusnya. Artinya hal-hal semacam itu tidak lagi menjadi beban rumah sakit, puskesmas, atau sistem kesehatan secara luas," ujarnya dikutip laman resmi UGM, Jumat (23/9/2022).
Baca Juga: WHO Bersiap Akhiri Pandemik, Epidemiolog: Indonesia Belum Percaya Diri
1. COVID-19 sudah tidak jadi masalah bagi kesehatan masyarakat
Riris mengakui situasi saat ini jauh berbeda dengan di awal Maret 2020 saat pemerintah mendeklarasikan pandemik. Waktu itu pemerintah pun mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mengantipasi dan mengatasi pandemik.
“Saya melihatnya itu sebagai sebuah respons. Tetapi sebagai sebuah penyakit penularan masih tetap terjadi, dan akan tetap terjadi secara global hanya saja keparahan penyakitnya sudah sangat jauh berkurang sehingga kemudian kita bisa mengatakan ini tidak lagi terlalu menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat," imbuhnya.
Baca Juga: Infeksi Ulang COVID-19 Bisa Memperburuk Long COVID
2. Pandemik sudah tidak lagi menjadi prioritas kesehatan di masyarakat
Editor’s picks
Menurutnya pandemik sudah tidak lagi menjadi prioritas kesehatan di masyarakat. Penyakit ini tidak dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang prioritas meski masih ada.
“Saya melihat lebih di situnya. Jadi, bukan ancaman yang prioritas lagi, tetap ada penyakitnya dan masih bersirkulasi. Dari waktu ke waktu mungkin nanti juga akan ada semacam tahap-tahap yang seperti kemarin. Akan ada kenaikan kasus dan sebagainya," jelasnya.
3. COVID-19 tidak lagi dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat
Secara umum, Riris menyebut varian omicron penularannya relatif menurun. Di saat di Eropa dan Amerika masih cukup tinggi tetapi setelah omicron selesai efek-efeknya lebih ringan dan sebagainya.
"Pelonggaran-pelonggaran pun dilakukan setelah penyakit ini tidak lagi dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat," katanya.
Apalagi setelah cakupan pemberian vaksin ke masyarakat luas. Bahkan, di Eropa dan Amerika dalam beberapa kasus tidak lagi wajib memakai masker dan jaga jarak.
Baca Juga: [UPDATE] Kasus COVID-19 Harian di Jepang 61 Ribu, Terbanyak di Dunia