Epidemiolog: Vaksinasi COVID-19 Jangan Buru-buru, Bisa Fatal

Vaksin yang aman dan efektif memerlukan waktu lama

Jakarta, IDN Times - Pakar epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, sampai saat ini belum ada vaksin yang aman dan efektif sehingga vaksin COVID-19 tidak bisa dilakukan tergesa-gesa.

"Jadi sebaiknya harus menunggu, sesuai dengan mekanisme waktunya, jangan sudah dipercepat, eh ditambah tergesa-gesa, ini bahaya bisa fatal," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Senin (26/10/2020).

Baca Juga: PB IDI Minta Vaksinasi COVID-19 Jangan Tergesa-gesa

1. Vaksin yang aman dan efektif memerlukan waktu lama

Epidemiolog: Vaksinasi COVID-19 Jangan Buru-buru, Bisa FatalPetugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020) (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Dicky mengungkapkan untuk mendapatkan vaksin yang aman dan efektif itu memerlukan waktu lama, meski saat ini dengan percepatan satu tahun sampai 18 bulan, namun ini yang harus dipahami pemerintah.

"Pemerintah dalam posisi saat ini bukan pilihan yang tepat untuk menempatkan vaksin, dalam strategi pengendalian pandemik posisi vaksin berada di strategi jangka panjang, tidak akan pernah ada dalam jangka pendek atau menengah," kata dia.

2. Pemerintah Indonesia sebaiknya wait and see

Epidemiolog: Vaksinasi COVID-19 Jangan Buru-buru, Bisa Fatal(Simulasi uji klinis vaksin sinovac COVID-19 di RSUP Unpad, Kota Bandung) IDN Times/Azzis Zulkhairil

Dicky mengatakan sebaiknya pandemik dikendalikan dengan strategi yang jelas yakni mengoptimalkan 3T: testing, tracing, dan treatment, serta mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker sampai vaksin yang aman ditemukan.

Dicky menilai program vaksinasi yang rencana dilakukan pada November belum bisa dilakukan, karena sampai saat ini belum ada vaksin yang dinyatakan aman.

"Sebaiknya pemerintah Indonesia wait and see, kita tunggu bukan berarti diam, namun melakukan intervensi 3T yang merata dan setara, ketika ada vaksin pondasi 3T tetap dilakukan agar kuat supaya efektif," ucapnya.

3. Tingkat keberhasilan vaksin Tiongkok hanya 33 persen

Epidemiolog: Vaksinasi COVID-19 Jangan Buru-buru, Bisa Fatal(Simulasi uji klinis vaksin sinovac COVID-19 di RSUP Unpad, Kota Bandung) IDN Times/Azzis Zulkhairil

Dicky mengungkapkan vaksin dari Tiongkok juga tidak ada jaminan keamanan, bahkan dalam uji klinis keberhasilan vaksin itu hanya 33 persen.

"AstraZeneca ini lebih transparan dari pada Tiongkok atau yang lain, kalau mau dibuka China itu di fase 3 belum terlalu matang, termasuk tidak melakukan Emergency Use Authorization (EUA) di Tiongkok itu tidak ada laporannya, itu sesuatu yang janggal, kenapa tidak ada laporan apa yang ditutupi? Kenapa harus takut sampaikan aja yang apa adanya," ujar dia.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya