Gay Sumbang 13 Persen Pengidap HIV di DKI, GAYa: Bukan Hal Aneh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dinas Kesehatan DKI Jakarta melansir kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) menyumbang 13 persen pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Provinsi DKI Jakarta pada 2019. Angka ini meningkat dua kali lipat dari 2017 yang hanya sebesar 5 persen.
Menanggapi hak tersebut, pendiri GAYa Nusantara, mengungkapkan tingginya angka penderita HIV kaum gay di Jakarta hal biasa.
"Ya saya sih tidak heran," ujar Dede saat dihubungi IDN Times, Minggu (15/12).
1. Kaum gay mudah menemukan partner di Jakarta
Dede menjelaskan Jakarta sebagai kota Metropolitan dan Ibu Kota memudahkan laki-laki menemukan pasangan seksual sesama laki-laki dibanding kota lain.
"Banyak gay dan LSL lain ke Jakarta seperti warga lainnya, kota besar seperti Jakarta memberi anonimitas juga," kata dia.
Baca Juga: Dinkes DKI Benarkan 50 Ribu Orang di Jakarta Mengidap HIV
2. Diskriminasi dan persekusi pada kaum gay masih terjadi
Dede menyayangkan masih adanya diskriminasi dan persekusi pada gay, yang membuat kaum minoritas ini enggan menjalani tes HIV.
"Suasana macam ini yang membuat banyak gay dan LSL lain ragu, untuk menjalani tes HIV dan infeksi menular seksual," ucap dia.
3. Sebanyak 50 ribu masyarakat DKI Jakarta mengidap HIV
Editor’s picks
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan sebanyak 50 ribu masyarakat Jakarta mengidap HIV. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 100 persen dari kelompok LSL.
"Kelompok ini (LSL) memang meningkat sekali. Dulu kan angkanya kecil. Dulu landai grafiknya. Tahu nya malah meningkat drastis. Makanya penjangkauan kita sekarang diperkuat ke semua segmen," kata Widyastuti dilansir Antara.
4. Dinkes DKI Jakarta sudah sediakan ARV
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga sudah mendorong penyediaan obat untuk menekan penularan HIV melalui Antiretroviral (ARV) di puskesmas-puskesmas taraf kecamatan.
"Langkah kita menjadikan DKI Jakarta sebagai provinsi yang pertama kali mendorong ARV bisa didapatkan di puskesmas. Kalau dulu provinsi lain, RV hanya ada di rumah sakit," kata Widyastuti.
5. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menggandeng 10 LSM
Selain mendorong pengobatan ARV, Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga menggandeng beberapa lembaga swadaya masyarakat, yang memiliki konsentrasi terhadap isu tentang bahaya HIV.
"Kalau LSM besar ada 10-15 kelompok berdampingan dengan kita, untuk penjangkauan tadi. LSM itu mengikuti kelompok-kelompoknya seperti untuk pengidap HIV dari kelompok PSK, atau kelompok untuk LSL," kata Widyastuti.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini
http://onelink.to/s2mwkb
Baca Juga: 50 Ribu Warga Jakarta Kena HIV, Golkar: Pemprov Harus Waspada!