Guru Besar UGM Prediksi Pandemik COVID-19 Berakhir Februari 2021
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dedi Rosadi memprediksi, pandemik COVID-19 akan berakhir pada pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu penderita.
"Akhir pandemik sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan laju penyebaran penyakit COVID-19 ini,” ujar Dedi dilansir situs resmi UGM, Jumat (24/9/2020).
Baca Juga: [LINIMASA-4] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia
1. Perkiraan pandemik akan berakhir pertengahan Februari 2021, dengan total kasus minimal 322 ribu penderita
Dedi menerangkan berdasarkan tracing data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus positif COVID-19 pada akhir pandemik yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir pada akhir Juli 2020.
"Prediksi paling optimis diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu, diperkirakan pandemik akan berakhir di pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu penderita," kata dia.
2. Jika dengan model PDDM, pandemik akan berakhir Mei 2021
Sementara, secara terpisah dengan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) COVID-19 Indonesia, yang disusun Dedi Rosadi bersama alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM Joko Kristadi dan Fidelis Diponegoro, diperoleh puncak pandemik pada pertengahan November hingga awal Desember 2020 dan berakhir pada akhir Mei 2021.
"Perkiraan estimasi total kasus positif sekitar 700 ribu penderita," ujar Dedi.
Sedangkan dengan tim lainnya, Dedi melakukan kajian dengan pendekatan model kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir pandemik berada di antara April 2021 hingga awal 2022, dengan range prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan PDDM.
3. Jumlah pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang
Editor’s picks
Lebih lanjut, kata Dedi, dari pantauan kurva insidensi harian penderita terlihat penambahan jumlah pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang.
Sedangkan, angka penularan (Rt) masih di atas 1, yakni bernilai 1,07 pada 23 September 2020. Namun, dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu, dapat disimpulkan terjadi sedikit peningkatan laju infeksi penyebaran penyakit yang dibarengi dengan peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien.
4. Waspada kemungkinan kemunculan klaster Pilkada
Berdasarkan prediksi tersebut, Dedi menyampaikan sejumlah catatan penting yang patut menjadi perhatian semua pihak. Pertama, perlunya dilakukan pengendalian penyebaran COVID-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di episentrum utama.
Episentrum utama tersebut yakni Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain, perlu juga dilakukan pengendalian penyebaran secara optimal dengan lebih menggencarkan gerakan 3T.
“Secara nasional dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama, kemungkinan kemunculan klaster Pilkada yang muncul, karena mobilitas penduduk mendukung proses kegiatan ini, baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan Pilkada,” kata dia.
5. Masyarakat harus disiplin taat protokol kesehatan
Selanjutnya, perlunya meningkatkan kewaspadaan adanya penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum penyebaran COVID-19.
Hal itu penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi atau angka penularan) COVID-19 di Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1.07.
Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan berbagai upaya. "Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam menaati protokol kesehatan, khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan mobilitas penduduk secara lebih berhati hati dan pemberian vaksin massal," ujar dia.
Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia