IDAI: Pandemik COVID-19 Bagaikan Maraton yang Tidak Jelas Ujungnya

Sedih lihat anak terpisah dengan orang tua karena COVID-19

Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira mengungkapkan pandemik COVID-19 bagaikan maraton yang tidak jelas ujungnya, berat dan lelah. Namun, semua itu tidak ada artinya jika dibandingkan saat melihat anak yang terpapar COVID-19 harus dipisahkan dari orang tua.

"Sulit dibayangkan betapa beratnya untuk si anak dan orang tua, jika sampai anaknya sakit kritis dirawat di ruang ICU terpisah dari orang tuanya. Jika kita bisa berbicara dengan mereka maka kita bisa merasakan bagaimana dia dipisahkan dengan buah hatinya," ujarnya dilansir dari YouTube BNPB, Jumat (20/11/2020).

1. Prosedur perawatan anak positif COVID-19 tergantung kebijakan pemerintah

IDAI: Pandemik COVID-19 Bagaikan Maraton yang Tidak Jelas UjungnyaImunisasi bayi di tengah pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/Fauzan)

Dia menerangkan prosedur perawatan anak positif COVID-19 sebenarnya tergantung dari kebijakan pemerintah daerah. Di beberapa tempat ada ruang isolasi untuk satu keluarga jika positif, namun kebijakan tersebut bisa berjalan jika jumlah orang yang positif banyak.

"Kalau di Jakarta, keluarga memang akan kesulitan melakukan isolasi mandiri di rumah, karena ada anggota keluarga yang gak mungkin kita memisahkan diri selama 14 hari. Maka dari itu, bisa mengajukan ke Puskesmas terdekat nanti agar nanti diberikan ruang untuk isolasi," katanya.

Baca Juga: Darurat! IDAI Sebut 85 Persen Anak Positif COVID-19 Tanpa Gejala

2. Orang tua bisa menemani anak positif dengan gejala ringan di ruang isolasi

IDAI: Pandemik COVID-19 Bagaikan Maraton yang Tidak Jelas UjungnyaIlustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19, ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Namun, jika anak tersebut butuh perawatan maka orang tua bisa masuk menemani di ruang isolasi jika gejala sedang atau ringan dengan syarat orang tua juga harus isolasi karena berisiko terpapar.

"Tapi jika anak tersebut mempunyai gejala berat sampai kritis maka anak harus isolasi sendiri. Sulit dibayangkan," imbuhnya.

3. 85 persen anak terinfeksi COVID-19 dengan gejala ringan

IDAI: Pandemik COVID-19 Bagaikan Maraton yang Tidak Jelas UjungnyaIlustrasi anak-anak (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Yogi menjelaskan sebagian besar anak yang terinfeksi COVID-19 mempunyai gejala ringan dan tanpa gejala ada sekitar 85 persen. Jadi jika ada 100 anak yang terinfeksi 85 itu tidak perlu dirawat.

"Tapi ingat ada sekitar 2 persen yang sakit kritis, yang artinya perlu dirawat di dalam ruang ICU," ucapnya.

4. Ruang ICU anak sebelum pandemik saja jumlahnya kurang memadai

IDAI: Pandemik COVID-19 Bagaikan Maraton yang Tidak Jelas Ujungnyailustrasi ruang isolasi COVID-19. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Yogi mengatakan ruang ICU anak sebelum pandemik sebenarnya kurang, apalagi ditambah sekarang ICU khusus pasien COVID-19 yang bertekanan negatif dan terisolasi yang belum mencukupi.

"Jadi bayangkan kalau itu sampai terjadi pada satu keluarga, saudara kita yang tadi angkanya cuma sekian persen akan menjadi 100 persen," ujarnya.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.

 

Baca Juga: Banyak Anak Jadi Korban COVID-19, IDAI: Layanan Kesehatan Belum Merata

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya