IDAI: Sekolah Tatap Muka Berisiko Tinggi Memicu Lonjakan COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan pembelajaran tatap muka bisa memicu lonjakan kasus COVID-19. Pemerintah sebelumnya memutuskan memulai pembelajaran tatap muka pada Januari 2020.
"Ketika protokol kesehatan dilanggar, baik sengaja maupun tidak, maka risiko penularan infeksi COVID-19 akan meningkat sangat tinggi," kata Ketua Umum IDAI, Aman B. Pulungan, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Rabu (2/12/2020).
1. Kasus kematian di Indonesi tertinggi di Asia Pasifik saat ini
Aman membeberkan satu dari sembilan kasus konfirmasi COVID-9 di Indonesia adalah anak usia 0-18 tahun. Data tanggal 29 November 2020 menunjukkan proporsi kematian anak akibat COVID-19 dibanding seluruh kasus kematian di Indonesia sebesar 3,2 persen, tertinggi di Asia Pasifik saat ini.
"Anak yang tidak bergejala atau bergejala ringan dapat menjadi sumber penularan kepada orang di sekitarnya. Bukti-bukti menunjukkan bahwa anak juga dapat mengalami gejala COVID-19 yang berat dan mengalami suatu penyakit peradangan hebat yang diakibatkan infeksi COVID-19 yang ringan yang dialami sebelumnya," jelasnya.
Baca Juga: Ada 18 Juta Kasus Aktif COVID-19 di Dunia, 5 Juta Bersarang di AS
2. Pembelajaran melalui sistem jarak jauh (PJJ) lebih aman
Berkaca dari negara lain, peningkatan jumlah kasus yang signifikan setelah pembukaan sekolah telah dilaporkan di banyak negara, seperti Korea Selatan, Prancis, Amerika, Israel termasuk di Indonesia.
Editor’s picks
Penundaan sekolah dapat menurunkan transmisi. Semua warga sekolah, termasuk guru dan staf, dan juga masyarakat memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan COVID-19.
"Menimbang dan memperhatikan panduan dari WHO, publikasi ilmiah, publikasi di media massa, dan data COVID-19 di Indonesia pada saat ini, maka IDAI memandang bahwa pembelajaran melalui sistem jarak jauh (PJJ) adalah hal yang lebih aman," jelas Aman.
3. Pandemik menimbulkan dampak negatif pada anak
Selama pandemik, IDAI juga menerima laporan meningkatnya tingkat stres pada anak dan keluarga, perlakuan salah, pernikahan dini, ancaman putus sekolah, serta berbagai hal yang juga mengancam kesehatan dan kesejahteraan anak yang secara umum di alami di negara-negara berkembang.
"Hal ini juga membutuhkan perhatian dan penanganan khusus oleh seluruh pihak,"imbuhnya.
4. Pembelajaran tatap muka harus memperhatikan beberapa hal
IDAI menilai bila rencana transmisi pembelajaran tatap muka diberlakukan pada Januari 2021, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan, mulai dari pendidikan disiplin hidup bersih sehat, penerapan protokol kesehatan dari rumah hingga ke sekolah, termasuk mempersiapkan kebutuhan penunjang kesehatan anak seperti masker, bekal makanan dan air minum, pembersih tangan, hingga rencana transportasi.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M: Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times
Baca Juga: IDAI: Pandemik COVID-19 Bagaikan Maraton yang Tidak Jelas Ujungnya