IDI: Lonjakan Kasus COVID-19 di India Jadi Alarm untuk Indonesia

Di Jakarta kasus COVID-19 melonjak dalam 2 pekan terakhir

Jakarta, IDN Times - Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (Satgas COVID-19 PB IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengingatkan lonjakan kasus virus COVID-19 di India jadi peringatan bagi Indonesia.

"Lonjakan di India ini harus menjadi peringatan bagi kita. Jangan apatis terhadap COVID-19. Tetap memakai masker dan jaga jarak. Ingat, di Jakarta pun sebenarnya kasus positif COVID-19 itu sudah naik cukup signifikan dalam dua pekan terakhir," tulisnya melalui akun Twitternya @ProfesorZubairi seperti dikutip pada Senin (19/4/2021).

1. Situasi India kian mengkhawatirkan

IDI:  Lonjakan Kasus COVID-19 di India Jadi Alarm untuk IndonesiaPekerja migran memadati terminal bus untuk kembali ke kampung halaman mereka saat diberlakukan lockdown 21 hari secara nasional untuk menekan penyebaran virus corona, di Ghaziabad, pinggiran New Delhi, India, pada 28 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Anushree Fadnavis

Guru Besar Universitas Indonesia ini menilai situasi di India terkini mengkhawatirkan. Sebab, ada lebih dari 200.000 kasus COVID-19 harian dalam 10 hari terakhir.

"Rumah sakit di sana terus kehabisan tempat tidur, oksigen dan ventilator. Angka kematian juga meningkat," tulisnya.

Baca Juga: Menkes: Ada 3 Hal yang Buat Pandemik di Indonesia Bisa Seperti India

2. Saat lockdown, pekerja di India mudik hingga mempercepat penyebaran COVID-19

IDI:  Lonjakan Kasus COVID-19 di India Jadi Alarm untuk IndonesiaPekerja migran menunggu uji rapid antigen di lokasi pembangunan komplek gedung tempat tinggal ditengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) di New Delhi, India, Sabtu (19/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi)

Zubairi mengungkapkan bahwa ada lonjakan besar dalam gelombang kedua COVID-19 di India. Para ahli, lanjut Zubairi menyatakan bahwa negara ini telah menjadi hotspot virus corona yang baru. Kota-kota di India pun, kata dia, kembali memberlakukan penguncian wilayah atau lockdown.

"Nah, ketika kebijakan penguncian diberlakukan, para pekerja bergaji rendah pada mudik. Mereka berdesak-desakan di stasiun kereta dan terminal bus. Ini mempercepat penyebaran virus. Sementara kampung halaman mereka kekurangan fasilitas kesehatan untuk menangani COVID-19," imbuhnya.

3. Migrasi besar-besaran berisiko terjadi

IDI:  Lonjakan Kasus COVID-19 di India Jadi Alarm untuk IndonesiaPekerja migran dan keluarga mereka menaiki kereta penumpang yang melebihi kapasitas, setelah pemerintah memberlakukan pelarangan bagi pertemuan publik sebagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID-19, di Mumbai, India, Sabtu (21/3/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Prashant Waydande)

Menurutnya, India berisiko mengulangi migrasi besar-besaran seperti tahun lalu. Pekerja meninggalkan kota dengan kereta, bus, truk, sepeda bahkan jalan kaki.

"Bukan cuma hitungan ratusan ribu pekerja. Ini bicara puluhan juta orang, notabene India berpenduduk 1,3 miliar jiwa," ungkapnya.

 

4. Fasilitas kesehatan di India mulai lumpuh

IDI:  Lonjakan Kasus COVID-19 di India Jadi Alarm untuk IndonesiaPara pekerja migran mengantre untuk menerima makanan gratis di luar stasiun kereta Howrah setelah India memerintahkan lockdown nasional di Kolkata, India, pada 25 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Rupak De Chowdhuri

India melaporkan penambahan kasus harian COVID-19 terbanyak dalam sehari, yaitu 200.739 kasus positif pada Kamis (15/4/2021). Otoritas kesehatan setempat sedang bergulat dengan kekurangan tempat tidur dan krisis pasokan oksigen yang parah.
 
Pada hari yang sama, angka kematian harian bertambah 1.038 kasus, dengan total mortalitas mencapai 173.123. Adapun akumulasi kasus positif di negara itu mencapai 14,1 juta, berada satu posisi di bawah Amerika Serikat (AS) dengan 31,4 juta kasus positif.
 
Lonjakan tersebut adalah rekor kenaikan harian ketujuh dalam delapan hari terakhir dan terjadi ketika India berjuang melawan gelombang kedua dari infeksi yang berpusat di negara bagian Maharashtra. Negara bagian barat menyumbang sekitar seperempat dari total kasus.

Rumah sakit dan dokter di Maharashtra, serta wilayah lain termasuk Gujarat dan Delhi di utara, kewalahan akibat lonjakan penerimaan pasien COVID-19.
 
“Situasinya sangat buruk. Kami adalah rumah sakit dengan 900 tempat tidur, tetapi ada sekitar 60 pasien yang menunggu dan kami tidak memiliki tempat untuk mereka,” kata pejabat di Rumah Sakit Medis Pemerintah Nagpur, pusat komersial di Maharashtra, dikutip dari Al Jazeera.
 
Di Gujarat, negara bagian asal Perdana Menteri Narendra Modi, ambulans harus membuat antrean panjang karena tidak ada lagi ruang yang tersisa di rumah sakit. Mereka bahkan melaporkan kekurangan tabung oksigen.
 
"Jika kondisi seperti itu terus berlanjut, jumlah korban tewas akan meningkat," tulis kepala badan medis di Ahmedabad dalam sepucuk surat kepada kepala menteri negara bagian Gujarat.
 
Pemerintah India mengatakan, negara tersebut telah memproduksi oksigen dengan kapasitas penuhnya setiap hari selama dua hari terakhir dan telah meningkatkan produksi.
 
"Seiring dengan peningkatan produksi oksigen dan kelebihan stok yang tersedia, ketersediaan oksigen saat ini sudah mencukupi," kata kementerian kesehatan dalam sebuah pernyataan pada Kamis.

Baca Juga: Faskes Lumpuh! India Laporkan 200.000 Kasus Positif COVID dalam Sehari

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya