Imunisasi Terlupakan saat Pandemik, Difteri hingga Rubella Mengancam

Ada peningkatan kasus difteri, campak dan rubella

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia membuat capaian imunisasi rutin turun sejak 2020, akibatnya beberapa daerah terjadi peningkatan kasus mulai difteri, campak, hepatitis, yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu meminta pemerintah daerah mengejar target cakupan imunisasi 79,1 persen.

Berdasarkan laporan data imunisasi rutin pada Oktober 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4 persen dari target 79,1 persen. Banten baru mendekati target cakupan imunisasi dasar lengkap yakni 78,8 persen.

Sementara itu, ada sejumlah daerah lain yang cakupan imunisasi dasar lengkapnya di atas 60 persen, antara lain Sulawesi Selatan, Bengkulu, Sumatra Utara, Bali, Gorontalo, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Timur, dan Jambi.

''Ini mestinya jadi pembelajaran bagi provinsi lain. Cakupan imunisasi yang rendah dan tidak merata dapat menyebabkan timbulnya akumulasi populasi rentan, yang tidak kebal terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),'' kata Maxi dilansir laman situs Kemkes, Rabu (1/12/2021).

Baca Juga: Difteri dan 4 Fakta Penting Penyakit Menular Ini, Kini Mulai Mewabah!

1. Peningkatan kasus PD3I di beberapa daerah berpotensi KLB

Imunisasi Terlupakan saat Pandemik, Difteri hingga Rubella Mengancam(IDN Times/Muhamad Iqbal)

Maxi mengatakan saat ini sudah terjadi peningkatan kasus PD3I di beberapa daerah dan berpotensi menimbulkan KLB, yakni difteri di Kalimantan Barat dan Konawe Sulawesi Tenggara.

Kasus difteri hingga minggu ke-45 ada 130 kasus yang terdeteksi secara klinis. Sementara, difteri yang terdeteksi positif secara lab ada 23 kasus. Kasus paling banyak ada di Kalimantan Barat, terutama Sintang dan Singkawang.

Kemudian untuk campak dan rubella sudah ada di beberapa daerah seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua.

''Kasus positif campak sebenarnya sudah tersebar di 34 kabupaten/kota di 17 provinsi, kemudian rubella ada di 44 kabupaten/kota di 17 provinsi,'' ucap Maxi.

2. Kejar target dengan Imunisasi Kejar

Imunisasi Terlupakan saat Pandemik, Difteri hingga Rubella MengancamANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Untuk daerah yang cakupan imunisasi dasar lengkapnya masih belum mencapai target, kata Maxi, diminta melakukan strategi, guna menutup kesenjangan imunitas melalui upaya Imunisasi Kejar.

Kegiatan Imunisasi Kejar merupakan kegiatan memberikan imunisasi kepada bayi yang belum menerima dosis vaksin, sesuai usia yang ditentukan pada jadwal imunisasi nasional.

"Imunisasi Kejar dapat diberikan pada anak sampai usia 36 bulan. Upaya yang dilakukan dapat berupa memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak terkait, termasuk pihak swasta," kata Maxi.

3. Cakupan vaksinasi yang tinggi akan membentuk kekebalan kelompok

Imunisasi Terlupakan saat Pandemik, Difteri hingga Rubella MengancamMurid SD Negeri Kaliasin V mengantre untuk divaksin saat pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/10/2020). ANTARA FOTO/Moch Asim

Selain itu, kata Maxi, meningkatkan komunikasi dan edukasi tentang pentingnya imunisasi kepada seluruh masyarakat, sehingga masyarakat tidak ada keraguan lagi dalam mengikuti program imunisasi yang sudah disiapkan pemerintah bersama seluruh pihak terkait.

"Imunisasi dasar lengkap yang dilaksanakan ditujukan untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) yaitu adalah suatu kondisi di mana sebagian besar masyarakatnya telah terlindungi dari suatu penyakit," kata dia.

Maxi menegaskan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata akan membentuk kekebalan kelompok, sehingga dapat mencegah penularan suatu penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi.

"Untuk mencapai kekebalan kelompok, maka cakupan imunisasi rutin harus mencapai minimal 95 persen secara merata di seluruh wilayah, sampai unit terkecil yaitu tingkat desa/kelurahan," ujarnya.

Baca Juga: Gejala Penyakit Rubella dan 7 Fakta Penting Tentang Wabah Campak Ini

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya