Indonesia Duduki Peringkat ke-6 Dunia Penderita Diabetes

Penderita Diabetes diprediksi menjadi 629 juta pada 2045

Jakarta, IDN Times - Diabetes merupakan penyakit kronis yang paling tinggi kenaikan angka prevalensinya dan merupakan 10 besar penyebab kematian di dunia.

"Indonesia merupakan negara dengan jumlah diabetes terbanyak peringkat enam di dunia," ujar Em Yunir dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dalam konferensi pers memperingati Hari Diabetes Sedunia di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (11/11).

Baca Juga: Intip 8 Manfaat Kesehatan Daun Kelor, Pencegah Kanker dan Diabetes

1. Jumlah penderita diabetes di dunia 415 juta jiwa

Indonesia Duduki Peringkat ke-6 Dunia Penderita DiabetesIDN Times/Dini Suciatiningrum

Em Yunir menjelaskan Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin, tandanya kadar gula dalam darah tinggi.

Pada 2015 International Diabetes Federation (IDF) mencatat jumlah penderita diabetes di dunia mencapai 415 juta jiwa, dan meningkat menjadi 425 juta pada 2017.

"Angka ini yang diprediksi akan terus meningkat menjadi 629 juta jiwa di 2045, sejalan dengan kondisi global," papar Em Yunir.

2. Tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia terus meningkat

Indonesia Duduki Peringkat ke-6 Dunia Penderita DiabetesIDN Times/Dini Suciatiningrum

Sementara, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono mengatakan pada hasil Riskesdas 2013 dan 2018 menunjukkan tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5, persen. Sementara prevalensi penyakit Diabetes Melitus menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2 persen menjadi 2 persen.

Anung menjelaskan faktor-faktor risiko obesitas pada orang dewasa juga naik 14,8 persen menjadi 21,8 persen, obesitas sentral dari 26,6 persen menjadi 31perseb, faktor merokok dari 28,8 persen menjadi 29,3 persen. Kemudian, aktivitas fisik kurang dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen dan kurang makan sayur dan buah dari 93,5 persen menjadi 95,5 persen.

"Hasil Riskesdas juga menunjukkan banyak penderita Diabetes Melitus yang tidak rutin minum obat anti diabetes atau suntik insulin, dengan alasan merasa sudah sehat 50,4 persen," papar dia.

3. Pasien Diabetes Melitus kurang kesadaran dan edukasi

Indonesia Duduki Peringkat ke-6 Dunia Penderita Diabetes(Ilustrasi) ANTARA FOTO/FB Anggoro

Selain gaya hidup, peningkatan pravelansi penderita juga disebabkan kurangnya edukasi. Anung mencontohkan banyak penderita yang tidak rutin berobat namun percaya dengan obat tradisional.

"Penderita DM (Diabetes Melitus) tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit DM dan kurangnya kesadaran klien terhadap kontrol berkala," ujar Anung.

Peningkatan prevalensi Diabetes Melitus juga disebabkan masa transisi, demografi, teknologi, epidemiologi, budaya perilaku, ekonomi, dan lainnya.

"Hal ini tentunya dapat menimbulkan terjadi nya  ledakan peningkatan kasus-kasus komplikasi DM seperti gagal ginjal, penyakit jantung koroner, stroke," kata Anung.

4. Kemenkes gencarkan kegiatan Posbindu untuk deteksi dini penderita Diabetes Melitus

Indonesia Duduki Peringkat ke-6 Dunia Penderita DiabetesIDN Times/Indiana Malia

Untuk menekan tingginya penderita Diabetes Melitus, lanjut Anung, Kemenkes menerapkan program pencegahan dan pengendalian penyakit ini fokus pada pencegahan faktor risiko dan penemuan kasus ini secara dini, melalui kegiatan Posbindu, yaitu melakukan kegiatan deteksi dini faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM).

"Tujuan program tersebut untuk menjaring anggota masyarakat yang sudah memiliki faktor risiko PTM atau yang sudah dicurigai menderita PTM. Namun cakupan deteksi dini penyakit DM ini masih belum optimal," kata dia.

Sesuai Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2018, Permendagri No 100 Tahun 2018 dan Permenkes No 4 Tahun 2019, kegiatan deteksi dini menjadi salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.

"Untuk warga yang umurnya kurang dari 15 tahun sebaiknya melakukan screening atau deteksi dini pemeriksaan kadar gula darah minimal 1 tahun sekali, sedangkan bagi penyandang DM harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah minimal 1 bulan sekali," imbau Anung.

Baca Juga: Harus Diatur, 10 Tip Memilih Makanan Sehat untuk Penderita Diabetes

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya