Ini Masalah yang Menyulut Kerusuhan di Wamena Versi Komnas HAM

Kerusuhan ini seolah sudah disusun secara sistematis

Jakarta, IDN Times - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyayangkan tragedi Wamena yang pecah karena berita hoaks.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan pihaknya sebenarnya sudah menerjunkan tim sejak 19 Agustus 2019 sehingga informasi yang didapat sangat akurat, berbeda dengan apa yang digambarkan.

Demo berujung anarki tersebut diawali dengan hoaks adanya seorang guru yang diskriminasi terhadap muridnya di SMA PGRI Wamena.

"Rabu (18/9) ada seorang guru bantu atau pengganti bernama Riris Pangabean yang meminta siswa untuk ngomong keras "Kau harus ngomong keras", namun sayang yang didengar siswa berbeda," ujar Ahmad di gedung Komnas HAM, Jakarta, Senin (30/9).

Ahmad mengungkapkan sebenarnya saat kejadian tidak ada masalah. Namun, masalah muncul pada Sabtu (21/9) karena ada siswa yang marah-marah dan meminta klarifikasi guru tersebut.

"Sebenarnya Sabtu sudah selesai bahkan mereka bernyanyi bersama karena ada yang ulang tahun, pokoknya saat itu baik-baik saja," imbuh Ahmad.

Namun sayang, berita miring tersebut membuat siswa kembali marah sehingga pada Senin (23/9), kepala sekolah meminta Riris tidak datang ke sekolah sebab beberapa bagian gedung sekolah dirusak massa serta ada aksi unjuk massa.

"Kerusuhan ini seolah sudah sistematis, kejadiannya Rabu dan Kamis, Jumatnya tidak ada apa-apa bahkan sampai di luar dugaan gedung dibakar, dirusak, sampai ada yang meninggal 31 orang," ungkapnya.

Baca Juga: Tanggapi Kerusuhan di Wamena, Jokowi: Bukan Konflik Etnik

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya