Innalilahi, 2.641 Pasien Isoman Meninggal karena Sulit Akses Oksigen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Platform LaporCovid-19 mencatat, sebanyak 2.641 pasien COVID-19 meninggal saat menjalani isolasi mandiri. Inisiator LaporCovid-29 menilai, kematian ribuan pasien saat isolasi mandiri (isoman) disebabkan kelangkaan oksigen.
"Kelangkaan oksigen sudah terjadi sejak Juni pertengahan menuju akhir. Kami ingat betul karena kami membantu warga mencarikan rumah sakit. Banyak pasien yang sesak napas dan butuh oksigen, jangankan tabung oksigen, tabung yang kecil saja sulit didapatkan," ujar Irma Hidayana dalam konferensi pers dipantau daring, Minggu (25/7/2021)
Baca Juga: Bertaruh Nyawa Jemput Jenazah COVID yang Meninggal saat Isoman
1. Pasien isoman meninggal karena oksigen langka
Irma mengatakan, kelangkaan oksigen terjadi di berbagai rumah sakit. Termasuk di Rembang Jawa Tengah, Bandung, Bali, sampai Papua. Untuk itu, dia mendorong agar rumah sakit tidak takut mengungkapkan kelangkaan oksigen.
"Ini tidak jadi masalah apabila tidak menyebabkan kematian pasien, tapi banyak pasien yang meninggal, salah satunya karena akses oksigen dan bantuan lainnya sangat lambat bahkan tidak ada," ujarnya.
Irma menduga ada monopoli dalam kelangkaan oksigen, namun Irma tidak merinci.
2. Pemerintah dinilai gagal tangani pandemik COVID-19
Editor’s picks
Sementara itu, Ketua Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBIH) Asfinawati mengatakan, banyakanya nyawa pasien COVID-19 yang melayang karena penanganan pandemik tidak fokus sejak awal.
"Ada nyawa yang melayang akan ada unsur pidana, bukan hanya karena melakukan tetapi juga kelalaian. Jadi pantas ada pengkajian yang serius kaitan meninggalnya ribuan pasien dengan kegagalan pemerintah melakukan penanganan," ujarnya.
3. Pemerintah dinilai ogah-ogahan saat awal pandemik
Adapun Direktur LBH Masyarakat Afif Abdul Qoyim menambahkan, kondisi saat ini seharusnya bisa diantisipasi di awal pandemik COVID-19. Namun, pemerintah tampak ogah-ogahan menangani wabah.
Menurutnya, sampai saat ini masyarakat hanya disuguhkan keputusan-keputusan yang tidak solid. Afif mencontohkan, karantina wilayah yang tidak konsisten sehingga membuat rakyat menderita.
"Sejumlah tempat melaporkan akses obat-obatan sulit, oksigen tidak wajar.
Jika ditarik ke hulu, atau pemerintah tidak menunjukan perbaikan. Kebijakan saat ini tidak responsif dan sense of crisis, padahal dalam situasi saat ini perlu dilakukan terpadu dan berkesinambungan," katanya.
Baca Juga: LaporCovid-19: Ada 1.214 Pasien Isoman di DKI Meninggal