Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam 2050, Pakar UGM: Ini Peringatan

Isu penurunan tanah DKI jadi perhatian sejak 10 tahun lalu

Jakarta, IDN Times - Laporan terbaru yang dirilis oleh Fitch Solutions Country Risk & Industry Research, menyebut Jakarta akan tenggelam pada 2050 akibat sejumlah persoalan yang dihadapi saat ini.

Menurut pakar tata ruang Universitas Gadjah Mada, Bambang Hari Wibisono, prediksi ini menjadi peringatan penting ancaman yang dihadapi Jakarta di masa mendatang yang menuntut upaya serius untuk dilakukan saat ini.

“Saya kira ini bukan sesuatu yang mustahil, tapi keniscayaan yang akan terjadi kalau Jakarta tidak secara cermat melakukan pengelolaan pembangunannya. Ini suatu peringatan yang kita perlu perhatikan,” ucapnya, dikutip dari laman resmi ugm.ac.id, Kamis (10/6/2021).

1. Isu penurunan permukaan tanah di Jakarta jadi perhatian ahli sejak 10 tahun lalu

Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam 2050, Pakar UGM: Ini PeringatanIlustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Isu penurunan permukaan tanah sendiri telah menjadi perhatian dari para ahli sejak 10 hingga 15 tahun yang lalu. Banyak pula yang kemudian memberikan peringatan serta pendapat tentang apa yang seharusnya dilakukan di Jakarta.

Salah satu hal menurutnya penting untuk dilakukan adalah menggunakan instrumen penataan ruang secara ketat.

“Tata ruang harusnya sudah mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang merupakan kawasan budi daya yang bisa dikembangkan dan mana kawasan yang memiliki fungsi lindung,” terangnya.

Baca Juga: NOSTALGIA JAKARTA: Kisah Ciliwung Saudara Kembar Ibu Kota

2. Pembangunan fisik Jakarta belum pikirkan daya dukung

Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam 2050, Pakar UGM: Ini PeringatanIlustrasi Mal di Jakarta (IDN Times/Anata)

Pembangunan fisik di Jakarta, menurutnya, masih hanya mempertimbangkan soal kapasitas atau daya tampung, namun belum secara serius memikirkan tentang daya dukung.

Di samping kapasitas lahan untuk menampung penduduk dalam jumlah tertentu, hal lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap penduduk untuk memiliki kualitas hidup yang baik.

“Setiap orang tentunya membutuhkan air bersih, listrik, dan input lainnya, sementara dari segi output mereka akan menghasilkan limbah yang harus diolah. Penting untuk diperhatikan apakah Jakarta memiliki kemampuan dalam hal input dan output ini,” papar Bambang.

3. Pembangunan fisik terus menerus memberi beban bagi lahan di ibu kota

Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam 2050, Pakar UGM: Ini Peringatan(Pembangunan MRT Jakarta) ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Jumlah penduduk Jakarta telah mencapai lebih dari 10 juta sedangkan luas wilayahnya hanya sebesar 661 kilometer persegi. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi pada kebutuhan ruang serta sarana dan prasarana untuk mendukung kehidupan masyarakat. Padahal, pembangunan fisik memberi beban bagi lahan.

“Dengan dibangun secara fisik itu akan menjadi beban bagi tanah, di pihak lain juga kebutuhan air bersih yang diperlukan masyarakat disedot terus dari bawah permukaan tanah. Lahan manapun pasti akan mengalami suatu penurunan,” jelasnya.

4. Idealnya jumlah penduduk dibatasi sesuai daya dukung

Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam 2050, Pakar UGM: Ini PeringatanIlustrasi Pemukiman Padat penduduk (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Fenomena-fenomena ini, menurutnya, memicu kekhawatiran para ahli terhadap ancaman tergenangnya Jakarta. Idealnya jumlah penduduk di suatu wilayah dibatasi menurut daya dukung dari wilayah tersebut. Namun, dalam kasus Jakarta menjadi mustahil untuk dilakukan karena daya tarik kota ini masih sangat besar sebagai pusat dari beragam aktivitas.

Meski demikian, Bambang menilai, belum terlambat untuk melakukan intervensi dan langkah nyata untuk mengatasi persoalan ini, dan menghentikan ancaman tenggelamnya Jakarta.

“Semakin lambat mengambil langkah effort-nya pasti akan semakin berat, tetapi tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu,” ucapnya.

 

Baca Juga: Korupsi Tanah Munjul, KPK Telisik Proses Pengadaan Tanah Sarana Jaya

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya