Jubir COVID-19: Tenaga Medis Bekerja 24 Jam demi Atasi Virus Corona

Jubir COVID-19 imbau masyarakat ubah perilaku

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, para tenaga kesehatan baik dokter, perawat, farmasi, hingga ahli laboratorium telah berjuang mati-matian untuk menangani pandemik COVID-19 di Tanah Air.

Saat mengunjungi Rumah Sakit Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Yuri telah melihat sendiri bagaimana para tenaga kesehatan bekerja tanpa mengenal lelah. Tentunya hal itu semata-mata hanya untuk memerangi pandemik yang disebabkan oleh virus corona jenis baru.

"Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Rumah Sakit Darurat COVID di Wisma Atlet. Kita lihat bagaimana saudara-saudara kita, tenaga kesehatan di sana bekerja tanpa mengenal lelah,” ungkap Yuri dalam siaran tertulis, Selasa (26/5).

Baca Juga: Wisma Atlet untuk Karantina Beda Lokasi dengan RS Darurat Wisma Atlet

1. Para ahli teknologi laboratorium medik bekerja bergiliran selama 24 jam tanpa henti

Jubir COVID-19: Tenaga Medis Bekerja 24 Jam demi Atasi Virus CoronaLaboratorium Biohazard BPOM (Dok. Humas Badan POM)

Yuri juga mengunjungi Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan di Jakarta. Yuri yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ini, menyaksikan sendiri bagaimana para ahli teknologi laboratorium medik bekerja secara bergiliran selama 24 jam tanpa henti, demi menyelesaikan permasalahan negeri.

“Saya melihat bagaimana teman-teman ahli teknologi laboratorium medik yang terhimpun di Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, Patelki, bekerja nonstop dengan shift mulai jam 9 pagi sampai jam 3 sore, salah satunya, dan nanti akan dilanjutkan oleh berikutnya, demikian seterusnya 24 jam,” jelas Yuri

2. Tenaga medis harus berhadapan dengan virus mematikan selama enam jam

Jubir COVID-19: Tenaga Medis Bekerja 24 Jam demi Atasi Virus CoronaNovrianti Gandini, salah satu perawat di RSPP Jakarta (Dok.pribadi)

Tak hanya itu, Yuri juga melihat bagaimana para tenaga medis itu harus bekerja berhadapan dengan virus mematikan selama enam jam, dengan balutan Alat Pelindung Diri (APD) yang melekat pada tubuhnya, sehingga untuk makan dan minum hingga buang air saja harus mereka tahan.

“(Mereka) Harus berhadapan langsung dengan virus selama 6 jam, dengan menahan keinginan untuk ke kamar kecil, menahan keinginan untuk minum, untuk makan, dan seterusnya nonstop,” kata Yuri.

3. Tenaga medis bekerja tanpa kenal libur

Jubir COVID-19: Tenaga Medis Bekerja 24 Jam demi Atasi Virus CoronaIlustrasi perawat. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Yuri berterima kasih dan menaruh hormat kepada para tenaga kesehatan yang senantiasa mengorbankan waktu, energi, tenaga, keringatnya dan mendedikasikan pengetahuannya untuk sesama.

"Kami hormat dan berterima kasih atas dedikasi rekan-rekan sekalian dari Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia. Karena Anda memiliki peran yang luar biasa di dalam kaitan dengan penanganan COVID-19  ini. Ini yang harus kita apresiasi, dan kita yakini mereka adalah pekerja yang profesional, yang tidak mengenal hari libur, yang terus melayani kita semuanya,” ungkap Yuri

4. Masyarakat perbaiki perilaku untuk memutus rantai penyebaran COVID-19

Jubir COVID-19: Tenaga Medis Bekerja 24 Jam demi Atasi Virus CoronaMeski telah mengenakan masker, namun jemaah tidak membuat jarak aman untuk menghindari potensi penyebaran virus corona. Indra Abriyanto unttuk IDN Times

Yuri mengimbau kepada masyarakat untuk mulai memperbaiki perilaku, mengubah pandangan dan menjaga diri, serta selalu mematuhi aturan dari pemerintah untuk selalu menegakkan protokol kesehatan.

Sebab, hanya itu yang dapat menjadi cara untuk memutus rantai penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, sekaligus meringankan beban para tenaga kesehatan.

“Mari kita betul-betul mampu mengubah diri, menjaga diri, agar kasus tidak semakin banyak,” tutur Yuri.

5. Tenaga kesehatan adalah garda terakhir

Jubir COVID-19: Tenaga Medis Bekerja 24 Jam demi Atasi Virus CoronaBramanta Pamungkas, Pengunjung salah satu pusat perbelanjaan di Tulungagung ikut rapid test

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menekankan, benteng pertahanan terakhir adalah para tenaga kesehatan, dan yang menjadi garda terdepan adalah masyarakat.

“Selalu saya sampaikan bahwa tenaga medis adalah benteng pertahanan paling akhir untuk menangani COVID-19. Dalam hal ini, garda terdepan adalah masyarakat,” kata Doni.

Oleh sebab itu, Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu mengimbau agar masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, dengan mentaati aturan yang dianjurkan pemerintah.

“Masyarakat sangat memegang peran penting dan menjadi kunci keberhasilan dari upaya memutus penyebaran COVID-19 di Tanah Air,” pungkas Doni.

Baca Juga: Gugus Tugas Siapkan 100 Kg Ikan Segar dari Ambon untuk Pasien COVID-19

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya