Kabar Baik dari Menkes di Tengah Gelombang COVID-19 Omicron
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan kabar baik di tengah kasus virus COVID-19 varian Omicron yang terus meroket.
Budi menerangkan sebagian besar pasien Omicron yang mendapatkan perawatan merupakan gejala ringan dan sedang.
"Untuk kasus berat dan sedang kritis atau yang membutuhkan oksigen itu hanya sekitar 8 persen-an," ujar Menkes dalam virtual terkait Hasil Ratas Evaluasi PPKM, Senin (31/1/2022) lalu.
1. Pasien yang membutuhkan oksigen, 63 persen belum vaksinasi
Budi mengungkapkan berdasarkan observasi dari kasus sedang, berat dan yang membutuhkan oksigen sebanyak 63 persen juga belum divaksinasi lengkap.
"Kita sudah melihat dari kasus yang sedang, berat, yang membutuhkan oksigen. 63 persen belum divaksin lengkap, kebanyakan dari mereka lansia, dan kita identifikasi cukup mengejutkan jumlahnya yang anak-anak," kata.
Baca Juga: Varian Omicron Sudah Masuk Bekasi, Impor dari Uni Emirat Arab
2. Pemerintah genjot testing dan tracing
Sementara terkait lonjakan kasus dalam satu minggu terakhir, Juru bicara vaksinasi COVID-19, Siti Nadia Tarmizi menyampaikan kenaikan positivity rate mingguan sebesar 3,65 persen sejalan dengan ditingkatkannya angka testing dan tracing.
Editor’s picks
Dia menegaskan untuk mendapatkan data yang komprehensif, sebaiknya data dilihat dalam 7 hari terakhir, tidak hanya fokus pada data harian saja.
“Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 4805 agar kita dapat melihat perkembangannya dalam 7 hari dan tidak terfokus dengan data harian saja. Hal ini agar kita dapat melihat data secara utuh sehingga dapat memperoleh informasi yang tepat,” tambah Nadia.
3. Peningkatan kuota testing dan tracing upaya deteksi dini
Kenaikan positivity rate ini menunjukan kemampuan deteksi Indonesia dalam hal testing dan tracing. Per tanggal 30 Januari 2022, jumlah orang yang di tes adalah 5,75 per 1000 penduduk per minggu. Angka ini jauh di atas angka anjuran WHO, yakni 1 per 1000 penduduk per minggu.
“Peningkatan kuota testing dan tracing ini merupakan bentuk dari upaya deteksi dini dalam mencegah perluasan penularan, serta mencegah munculnya klaster sebaran yang baru. Ini juga merupakan usaha untuk mendeteksi lebih awal gejala COVID-19 yang diderita oleh tiap-tiap individu. Hal ini penting untuk mencegah keterlambatan penanganan kasus mengingat varian Omicron yang memiliki persebaran lebih cepat namun cenderung tidak bergejala,” terang Nadia.
Baca Juga: Kasus Aktif COVID-19 di Jakarta Tembus 36.881, Tertinggi di Indonesia
4. Kapasitas tempat tidur perawatan COVID-19 masih banyak
Nadia menegaskan kenaikan angka kasus dalam satu minggu terakhir telah diantisipasi oleh Kementerian Kesehatan dengan menyiapkan kapasitas tempat tidur perawatan COVID-19. Diharapkan hal ini dapat menjawab kekhawatiran masyarakat.
Secara nasional, total ketersediaan tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) perawatan COVID-19 saat ini berjumlah 78.825 yang dapat tingkatkan sampai dengan kapasitas maksimal 156.847 tempat tidur.
"Untuk Jakarta sendiri, BOR di 196 rumah sakit rujukan saat ini di 6.496 dari 13.777 kapasitas tempat tidur yang tersedia. Dalam kondisi yang dibutuhkan, BOR di Jakarta dapat dikondisikan hingga mencapai 21.000. Jadi, tidak perlu terlalu khawatir, kapasitasnya masih cukup banyak,” papar Nadia.