Kasus COVID-19 RI Melonjak Lagi, Satgas Beberkan Pemicunya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengungkapkan, kenaikan laju kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir diduga disebabkan sejumlah faktor.
"Sampai saat ini belum bisa disimpulkan kenaikan kasus positif dan kasus aktif di Indonesia, tapi beberapa potensinya diidentifikasi," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers dipantau YouTube BNPB di Jakarta, Selasa (4/6/2022).
1. Mobilitas dan interaksi masyarakat kian meningkat
Menurut Wiku, penurunan kasus membuat interaksi masyarakat dari satu tempat ke tempat lain membuat mobilitas penduduk saat ini terus meningkat.
"Aktivitas masyarakat yang kembali normal di tempat publik maupun kegiatan berskala besar yang dihadiri banyak orang, berpotensi meningkatkan interaksi antarmasyarakat yang dapat meningkatkan potensi penularan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19," paparnya.
Baca Juga: Datang ke Jakarta Fair 2022 Bisa Sekalian Vaksin COVID-19
2. Prokes kian longgar di masyarakat
Editor’s picks
Selain mobilisasi dan interaksi, Wiku mengakui protokol kesehatan (prokes) di masyarakat juga longgar.
"Penggunaan masker di lingkungan pemukiman dan tempat umum mulai longgar," katanya.
Wiku menambahkan kemunculan subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 yang masuk di Indonesia pada 6 Juni 2022 juga jadi pemicu kenaikan kasus.
Baca Juga: Alert! Pasien COVID-19 RS Wisma Atlet Kemayoran Naik Lagi
3. Sebanyak 20 kasus subvarian Omicron bari terdeteksi
Sementara Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mencatat, ada 12 kasus tambahan kasus BA.4 dan BA.5. Sehingga total kasus dua subvarian baru hari ini ada 20 kasus yang terdiri 2 pasien BA.4 dan 18 pasien BA.5.
"Di Bali 4 pasien, di Jakarta 4 pasien, dan Jawa Barat 12 pasien," ujar Syahril saat dihubungi IDN Times, Selasa (14/6/2022).
Syahril menerangkan, subvarian baru ini tidak menyebabkan keparahan jika tertular namun menyebar lebih cepat daripada varian sebelumnya.
"Jadi transmisi lebih cepat tapi keparahannya tidak separah yang sebelumnya," katanya.