Kematian Bayi di Indonesia Tinggi, Cek Penyebabnya 

Perlu kesiapan sebelum menikah agar memiliki bayi sehat

Jakarta, IDN Times - Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Kendati secara umum mengalami penurunan selama periode 1991 sampai 2015, dari 390 menjadi 305 per 1.000.000 kelahiran hidup, namun angka tersebut masih belum mencapai target Millennium Development Goals ( MDGs) Indonesia, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Bahkan pada 2017, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat rata-rata 810 wanita meninggal dunia setiap harinya akibat komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan maupun persalinan.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk Stephen V Mandang mengungkapkan, ada sejumlah penyebab yang membuat angka kematian bayi meningkat.

"Untuk itu kita harus mempersiapkan kehamilan untuk menurunkan angka kematian bayi," ujar Stephen di sela perayaan virtual ulang tahun ke-11 NICU SHKJ, Jumat (19/3/2021).

Baca Juga: Kematian Ibu dan Bayi Tinggi, Pencemaran Diduga Kuat Jadi Penyebabnya

1. Penyebab bayi meninggal yakni kelahiran prematur

Kematian Bayi di Indonesia Tinggi, Cek Penyebabnya Bayi-bayi menggemaskan lahir di tanggal cantik 20-02-2020 di RSIA Cahaya Bunda Kota Cirebon. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Stephen menerangkan, penyebab bayi meninggal yakni kelahiran bayi yang kecil, kemudian bayi mengalami kekurangan oksigen, infeksi pecah ketuban serta bawaan.

"Untuk mendapatkan bayi sehat memang butuh sejumlah persiapan, salah satunya bagaimana mengidentifikasi komplikasi kehamilan yang bisa berakibat bayi memerlukan fasilitas tambahan," katanya.

2. Memiliki bayi sehat harus dipersiapkan sebelum menikah

Kematian Bayi di Indonesia Tinggi, Cek Penyebabnya Dokter Spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk Stephen V Mandang

Stephen mengatakan, memiliki bayi sehat harus dipersiapkan jauh sebelum menikah, dengan memeriksakan diri untuk mengetahui riwayat dari keluarga sehingga bisa mencegah penyakit tertentu.

Selain itu, saat hamil sebaiknya rutin memeriksakan kehamilan (antenatal care) di fasilitas kesehatan terpadu untuk memantau kesehatan ibu dan janin.

“Selain itu, jika ditemukan kondisi ibu dengan kehamilan berisiko tinggi dapat memilih layanan NICU untuk perawatan khusus calon buah hati," katanya.

 

3. Bagi ibu hamil berisiko, jangan menyerah

Kematian Bayi di Indonesia Tinggi, Cek Penyebabnya Ilustrasi ibu hamil. IDN Times/Arief Rahmat

Pimpinan NICU dan koordinator klinik laktasi SHKJ Naomi Esthernita F Dewant mengatakan, NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk telah menangani beragam kasus bayi mulai kelainan jantung, kelainan bawaan, juga gangguan napas bahkan kondisi bayi prematur BBLSR (Berat Badan Lahir Sangat Rendah) yang disertai kelainan jantung bawaan, infeksi berat, usus terpuntir, penyakit paru kronis, dan hernia.

"Kondisi ini memerlukan penanganan intensif, komprehensif, dan solid di NICU untuk mendapatkan hasil optimal serta kerja sama tim medis, tapi orang tua yang berperan penting dalam proses perawatan dengan mendukung ASI eksklusif,” terang Naomi.

Untuk itu, Naomi meminta para orang tua terutama yang memiliki kehamilan berisiko seperti kehamilan dengan kelainan bawaan janin, pertumbuhan janin terhambat, ibu dengan hipertensi, agar tidak menyerah dan berjuang bersama.

Baca Juga: Cegah Kematian Ibu dan Bayi dengan Perawatan Pascapersalinan

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya