Kematian Isoman di DKI Tertinggi, LaporCovid: Daerah Lain Tutupi Data
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Platform data LaporCovid-19 mencatat terdapat 2.703 pasien COVID-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) pada Selasa 27 Juli 2021. Provinsi dengan total kematian di luar rumah sakit ini terbanyak di DKI Jakarta, hingga mencapai 1.218 pasien.
"Puncaknya dua minggu lalu di Jakarta, sehari paling tinggi dalam sehari bisa 83 orang yang meninggal saat isoman, ini terjadi pada awal bulan Juli dan minggu kedua bulan Juli, kalau sekarang sudah turun ya di bawah 5 pasien," ujar Co-inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif dalam acara Ngobrol Seru by IDN Times, Rabu (28/7/2021).
1. Rumah sakit kewalahan karena banyak tenaga kesehatan terpapar COVID-19
Tingginya jumlah pasien isoman di Jakarta menurut Ahmad Arif terjadi karena keterisian rumah sakit penuh. Sementara, pemantauan dari fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas juga terbatas.
"Pada periode-periode itu juga banyak nakes (tenaga kesehatan) yang positif dan pemantauan juga sangat minim. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah yang rata-rata faskes primer juga kewalahan," imbuhnya.
Baca Juga: Krisis Tenaga Kesehatan Jadi Mimpi Buruk Indonesia Hadapi Pandemik
2. Banyak daerah tidak terbuka pada data kematian pasien isoman
Meski demikian, Ahmad Arif menilai tingginya data kematian pasien isoman di DKI Jakarta karena Pemprov DKI Jakarta bersedia membuka dan membagikan data pada LaporCovid-19 dibanding pemerintah daerah lain.
Editor’s picks
"Jadi seolah-olah terlihat angka kematian pasien isoman di DKI Jakarta sangat tinggi. Ini seperti fenomena puncak gunung es, sebab tidak semua daerah atau semua orang yang meninggal itu melapor ke kami. Sebelum Jakarta membagikan laporan kematian pasien isoman pada kami, justru yang paling tinggi dari Jawa Barat," paparnya.
3. Keterbukaan data penting untuk pengambilan kebijakan
Ahmad Arif mengungkapkan, keterbukaan data kasus sangat penting salah satunya untuk mengambil kebijakan.
Saat data laporan kematian pasien isoman meningkat di suatu daerah, maka indikator fasilitas kesehatan setempat tidak memadai lagi dan tidak bisa menampung.
"Kebijakannya, sekarang bisa meningkatkan tempat-tempat isolasi mandiri terpusat pada daerah-daerah yang isomannya tinggi," paparnya.
4. Data tidak transparan berbahaya, bisa membuat persepsi bias di tengah masyarakat
Ahmad Arif menambahkan, kurang transparannya data kematian pasien COVID-19 saat isoman bisa menimbulkan persepsi di masyarakat.
"Jadinya banyak orang yang berpikir di rumah sakit akan di-covid-kan. Selain itu, data yang tidak transparan dan tidak benar kemudian dibiarkan membiaskan persepsi masyarakat masyarakat seolah-olah aman," katanya.
Baca Juga: Dear Warga Isoman COVID-19, Yuk Isolasi di Fasilitas Pemerintah