Kemenkes: 11 Pasien Gagal Ginjal Akut Masih Dirawat

Selama dua minggu tidak ada penambahan kasus dan kematian

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Muhammad Syahril mengatakan kasus gagal ginjal akut Progresif Atipikal (GGAPA) selama dua pekan tidak ada laporan penambahan kasus.

Syahril mengatakan jumlah gagal ginjal akut mencapai 324 kasus tersebar di 27 provinsi. Sebanyak 11 orang saat ini masih melakukan perawatan.

"Saat ini yang dirawat 11 orang, ini merupakan upaya bersama tidak ada angka penambahan dan hanya kesembuhan, kita berharap yang dirawat bisa pulih kembali," ujar Syahril dalam diskusi melalui Youtube FMlB9ID_IKP, Kamis (24/11/2022).

1. Pasien gagal ginjal yang sudah sembuh masih dipantau

Kemenkes: 11 Pasien Gagal Ginjal Akut Masih DirawatIlustrasi warga tengah menjaga pasien anak yang menderita gagal ginjal akut (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Syahril menambahkan Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan setempat juga terus memantau kondisi pasien gagal ginjal yang telah sembuh.

“Kita kontrol untuk melihat perkembangan atau kemungkinan ada suatu efek-efek atau masalah-masalah kesehatan selanjutnya. Itu dilakukan oleh dinas kesehatan,” ucapnya.

Baca Juga: Kasus Gagal Ginjal Akut Serangan Bioterrorism, Kepala BPOM: Bisa Jadi

2. Kasus mulai turun karena larangan pemberian obat sirop

Kemenkes: 11 Pasien Gagal Ginjal Akut Masih Dirawatilustrasi obat sirop (IDN Times/Aditya Pratama)

Syahril mengatakan upaya ini merupakan hasil sejak dikeluarkannya Surat Edaran yang melarang nakes dan apotek untuk memberikan obat cair/sirop pada anak.

"Ini merupakan langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah, mengingat hasil pemeriksaan terhadap kasus GGAPA yang dilaporkan menunjukkan hasil pemeriksaan yang konsisten, faktor risiko terbesar penyebab GGA adalah toksikasi dari EG dan DEG pada sirop atau obat cair," katanya.

3. Kasus gagal ginjal terus menurun

Kemenkes: 11 Pasien Gagal Ginjal Akut Masih Dirawatilustrasi ginjal pada manusia (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Syahril mengungkapkan sejak  18 Oktober itu jumlah pasien sudah mulai turun terus, pada bulan November awal tanggal 2 sampai tanggal 6 bahkan tidak ada pasien yang bertambah maupun meninggal.

“Dengan kita melarang pemakaian obat di Puskesmas, di dokter-dokter atau tenaga kesehatan, dan penjualan di apotek, serta dengan mendatangkan antidotum maka pasien-pasien yang sedang dirawat itu mengalami perbaikan yang signifikan dan banyak yang sembuh,” ujar Syahril.

 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya