Kemenkes Buka Data, Ada 7.008 Anak Terpapar COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 tidak hanya mengintai orang dewasa namun juga menyerang anak-anak. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan sudah ada 7.008 anak-anak di Indonesia terpapar virus COVID-19.
"Per tanggal 19 Juli sebanyak 8,1 persen atau sekitar 7.008 anak-anak di Indonesia terpapar virus COVID-19 dari kasus COVID-19 yang tercatat sebanyak 86.521 orang," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Fidiansjah, dalam YouTube channel BNPB, Senin (20/7/2020).
1. Populasi anak Indonesia capai 79 juta
Fidiansjah menerangkan, jumlah populasi anak di Indonesia ada 30 persen sekian, artinya ada sekitar 79 juta. Dari jumlah tersebut sebanyak 8,1 persen terpapar virus COVID-19
“Kita harus juga lihat perbedaan populasi anak tadi per definisi di bawah 18 tahun. Tapi ada dua kelompok besar yang disebut anak usia dini di bawah 6 tahun dan anak memang usia sekolah. Ini dua karakteristik yang berbeda,” terangnya.
Baca Juga: Dapat Surat dari Anak-anak, Menkes: Ayah Makin Semangat Atasi COVID-19
2. Tren jumlah kasus positif COVID-19 anak ada 100 setiap hari
Selain itu, sebanyak 8,6 persen anak dirawat, kemudian 8,3 persen sembuh dan 1,6 persen anak meninggal. Kondisi ini menunjukkan tren jumlah kasus positif COVID-19 anak ada 100 setiap hari.
“Kita juga tentu berduka ada 1,6 persen meninggal. Ini adalah data dengan Satgas COVID-19 yang dapat kita coba ambil sebagai suatu gambaran,” ucapnya.
Editor’s picks
3. 32 persen anak tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apa pun
Kaitan dengan fenomena kesehatan jiwa, Fidiansjah memaparkan berdasarkan data dari Wahana Visi Indonesia, terjadi ketidakmerataan akses fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring mau pun luring yang dialami pada anak usia sekolah.
"Sebanyak 68 persen anak dapat mengakses terhadap fasilitas pendukung selama masa pembelajaran namun 32 persen anak bahkan tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apa pun," ucapnya.
Akibatnya, anak harus mempunyai sistem belajar sendiri, dampaknya 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajar.
"30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, bahkan 21 persen anak tidak memahami instruksi guru," jelas Fidiansyah.
4. 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh orangtua selama berada di rumah
Tidak hanya itu, pandemik ini juga dapat berdampak kepada aspek psikososial dari anak dan remaja. Fidiansjah mengungkapkan, perasaan bosan, khawatir tertinggal pelajaran, tidak aman, merasa takut karena terkena penyakit, merindukan teman-teman, dan khawatir tentang penghasilan orangtua.
"Dampak paling membahayakan adalah sebanyak 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh orang tuanya selama berada di rumah," ungkapnya.
Baca Juga: Curhat Haru Anak-anak Korban COVID-19, Begini Respons Menkes Terawan