Ketua IDI: Dulu Telemedicine Dianggap Saingan Dokter Praktik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengungkapkan pandemik COVID-19 mengubah kebiasaan masyarakat terutama dalam layanan kesehatan.
Telemedicine kian diminati dan jadi solusi bagi pasien yang ingin konsultasi di tengah pandemik. Meski awalnya, menurut Daeng, kehadiran layanan kesehatan berbasis teknologi ini banyak ditentang dokter.
"Jadi dulu banyak dokter yang menganggap (telemedicine) saingan dengan dokter praktik. Namun saya terus buktikan sana sini bahwa layanan ini mempercepat dan memperluas koneksi yang ujungnya juga dengan dokter, jadi bukan menggantikan dokter," ujarnya dalam diskusi bersama Halodoc dan Kemenkes secara virtual, Jumat (22/10/2021).
1. Telemedicine bantu pasien dan dokter saat pandemik
Daeng mengatakan telemedicine juga membantu pasien dan dokter saat pandemik apalagi banyak dokter yang terkena COVID-19 baik umum maupun spesialis.
"Karena jumlah spesialis juga terbatas kita saat itu mengintruksikan semua organisasi ya sifatnya mengimbau agar tidak praktik tatap muka, apalagi saat awal pandemik APD juga sulit kan," ujarnya.
Baca Juga: Ketua Satgas IDI: Gelombang Ketiga COVID-19 Diprediksi Maret 2022
2. Praktik tatap muka dibatasi selama pandemik
Walau demikian, Daeng menyadari pelayanan kesehatan tetap berjalan karena banyak pasien non covid juga kronis tetap membutuhkan layanan.
Editor’s picks
"Presiden juga mengeluarkan enam pesan yang salah satunya mengurangi praktik tatap muka, sehingga kita sarankan praktik cara daring memanfaatkan teknologi," imbuhnya.
3. Layanan kesehatan digital memberikan kemudahan
Daeng mengatakan layanan kesehatan digital memberikan kemudahan mulai pelayanan isolasi mandiri, akses vaksinasi yang hampir mustahil tanpa bantuan teknologi.
"Saat itu IDI kolaborasi dengan Kememkes karena banyak pasien yang isolasi mandiri yang tidak diawasi dengan baik sebab faskes terbatas. Saya percaya ini tidak hanya dimanfaatkan saat pandemik tetapi juga di luar pandemik sebab layanan kesehatan harus diperluas aksesnya," katanya.
Baca Juga: Catat, Ini Daftar 11 Layanan Telemedicine Gratis untuk Pasien Isoman
4. Kemenkes telah membentuk Digital Transformation Office
Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI, Setiaji, mengatakan, saat ini Kemenkes telah membentuk Digital Transformation Office dalam rangka mempersiapkan masa depan sistem kesehatan di Indonesia.
Dalam beberapa tahun kedepan, masyarakat diharapkan bisa mengakses layanan kesehatan digital mulai dari dalam kandungan hingga menghadapi kondisi kritis, dimana semua rekam medis akan terintegrasi pada satu sistem, sehingga masing-masing orang nantinya akan memiliki personal health record.
"Teknologi seperti telehealth ini tidak hanya membantu para dokter meningkatkan skill, namun juga memperluas jangkauan layanannya," katanya.
Baca Juga: Rachel Vennya Dikabarkan jadi Duta Karantina, Kemenkes Buka Suara