Kisah 3 Anak Yatim Piatu Hidup Mandiri di Perbukitan Bali

Kemensos beri bantuan kepada ketiga anak tersebut

Jakarta, IDN Times - Tiga anak yatim piatu harus hidup mandiri usai orang tuanya meninggal dunia beberapa tahun lalu. Ketiga anak itu adalah Komang Desi berusia 16 tahun, Ketut Pait berusia 13 tahun dan I Wayan Dika berusia tujuh tahun.

Mereka tinggal di Banjar Muntigunung Tengah, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.

Selama ini, Komang Desi yang mengurus pekerjaan rumah, mulai dari memasak, memenuhi kebutuhan makan hingga menjaga si bungsu yang belum sekolah.

1. Tinggal di lereng perbukitan

Kisah 3 Anak Yatim Piatu Hidup Mandiri di Perbukitan BaliANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Baca Juga: Dua UPT Kemensos RI Tangani 4 Disabilitas Berat Penyintas Banjir Bima

Kementerian Sosial RI melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Anak Paramita di Mataram merespons kasus tiga anak yatim piatu yang tinggal sendiri tersebut.

Tempat tinggal mereka berada di lereng perbukitan yang jauh dari kota. Bahkan, tim harus berganti moda transportasi karena hanya kendaraan tertentu yang bisa sampai ke tempat tinggal anak-anak tersebut.

2. Tiga anak yatim butuh orang tua asuh

Kisah 3 Anak Yatim Piatu Hidup Mandiri di Perbukitan BaliIlustrasi Keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Didampingi Kabid Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Karangasem, I Wayan Sukerena, tim Balai berbincang dengan ketiga anak tersebut.

Berdasarkan hasil asesmen Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos), ketiga anak itu membutuhkan orang tua asuh.

Selain itu, mereka juga membutuhkan perlengkapan tempat tidur, peralatan dapur, pakaian sehari-hari dan pakaian sekolah, serta sembako sebagai kebutuhan pokok.

3. Terdaftar sebagai penerima bantuan

Kisah 3 Anak Yatim Piatu Hidup Mandiri di Perbukitan BaliIlustrasi pemberian bantuan. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Ketiga anak sudah terdaftar sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Indonesia Sehat (KIS) bantuan pemerintah, bedah rumah tahun 2011-2012, serta program Desaku Menanti pada 2018.

Kepala Balai Anak Paramita di Mataram, I Ketut Supena, mengatakan telah merespons kasus ketiga anak itu untuk memastikan kondisi dan berusaha memberikan alternatif solusi sebagai upaya intervensi Balai Anak Paramita.

"Tim Balai sudah bertemu sepupu dari ketiga anak dan dia merasa memiliki tanggung jawab pengasuhan dan pengawasannya. Ini penting karena mereka membutuhkan sosok pengganti orang tua," ujar Supena.

4. Setiap anak Indonesia punya hak perlindungan dan diselamatkan

Kisah 3 Anak Yatim Piatu Hidup Mandiri di Perbukitan BaliIlustrasi anak-anak (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Tim Balai Anak memberikan bantuan dari program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Anak, berupa beras 25 kilogram, tiga kotak susu 400 gram, tiga minyak goreng, tiga bungkus biskuit, satu ember, satu lusin gelas, satu termos, satu wajan, satu spatula, satu panci, setengah lusin jembung, setengah lusin piring, hingga satu talenan.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Balai yang telah memperhatikan kami dan memberikan bantuan makanan dan alat memasak yang sangat membantu kehidupan sehari-hari," ucap Komang Desi.

Dari peristiwa tersebut, ditunjukkan pentingnya mengembalikan modal sosial sebagai kekuatan bangsa untuk selalu saling peduli, berbagi serta toleransi.

Sesuai peraturan dan perundang-undangan, bahwa setiap anak Indonesia mempunyai hak mendapatkan perlindungan dan diselamatkan dari keterlantaran, sebab mereka aset untuk menjaga NKRI di masa depan.

Baca Juga: Warga di NTT Marah Sebut Bantuan Cuma Pencitraan, Ini Respons Kemensos

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya