Kisah Haru dari Wamena: Ratusan Keluarga Muslim Bersembunyi di Gereja

"Kami laksanakan ajaran Tuhan Yesus.."

Jakarta, IDN Times - Di balik peristiwa kerusuhan di Wamena, Papua, pada 23 September lalu terdapat kisah toleransi antar umat beragama yang muncul saat tragedi terjadi.

Kali ini tokoh agama dari gereja Baptis Wesaroma yang telah melindungi 370 keluarga muslim di dalam gereja.

1. Keluarga muslim sembunyi selama lima jam di dalam gereja

Kisah Haru dari Wamena: Ratusan Keluarga Muslim Bersembunyi di GerejaANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Salah satu tokoh gereja, Simet Yikwa mengatakan, mereka menyembunyikan keluarga muslim lebih dari lima jam.

“Pada 23 September 2019 terjadi kerusuhan, sebagian kami selamatkan di gedung ibadah, sebagian kami lindungi di belakang rumah saya, dan sebagian mereka dilindungi di rumah Hengky Yikwa anggota Jemaat Baptis dan juga anggota DPRD Mamberamo Tengah,” kata Simet Yikwa dilansir dari Jubi, Senin (7/10).

2. 'Kami laksanakan ajaran Tuhan Yesus dan juga ajaran Alkitab'

Kisah Haru dari Wamena: Ratusan Keluarga Muslim Bersembunyi di GerejaANTARA FOTO/Arnas Padda

Simet melanjutkan, setelah bersembunyi hingga pukul 15.00 waktu Papua, seluruh pengungsi dievakuasi oleh TNI ke Markas Kodim Wamena.

Simet mengaku hanya melaksanakan ajaran yang ada dalam agamanya sehingga dia tidak memandang suku, ras atau agama untuk melindungi.

“Waktu yang lain sibuk melindungi kawan-kawan muslim, ada yang marah dan bakar motor. Saya diteriaki kelompok Barisan Merah Putih (BMP). Tetapi, saya dengan istri sampaikan, kami laksanakan ajaran Tuhan Yesus dan juga ajaran Alkitab,” ujarnya.

Baca Juga: Panglima TNI Bantah Ada Bentrok TNI-Polri Saat Kerusuhan

3. Ada lima ribu pengungsi Wamena

Kisah Haru dari Wamena: Ratusan Keluarga Muslim Bersembunyi di GerejaANTARA FOTO/Iwan Adisaputra

Kerusuhan di Wamena, Papua, tidak hanya memakan korban jiwa, namun membuat ribuan warga mengungsi ke tempat aman.

Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam mengungkapkan, tragedi Wamena membuat warga di sekitar wilayah itu terpaksa mengungsi.

"Di Polres Wamena ada 5 ribu pengungsi, sedangkan di Kodim Wamena ada 2.700 pengungsi dan 500 pengungsi di Bandara Wamena, serta ribuan orang eksodus yang hanya dipicu berita hoaks," ungkap Anam dalam konfrensi pers yang mengangkat tema Tragedi Kemanusiaan Wamena dan Papua, di Gedung Komnas HAM, Senin (30/9).

Untuk itu, Anam meminta agar pemerintah memperhatikan kebutuhan dasar pengungsi seperti air bersih, WC, dan kebutuhan lain.

4. Kerusuhan karena hoaks

Kisah Haru dari Wamena: Ratusan Keluarga Muslim Bersembunyi di Gereja(Warga mengungsi dari Wamena) ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra

Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, polisi akan mendalami hoaks yang menyebabkan kericuhan sekelompok massa dan anak SMA di Wamena, Senin (24/6) lalu. Menurut Kapolri, hoaks itu berawal saat seorang guru di SMA PGRI Wamena sedang mengajar di kelas.

"Guru tersebut menegur siswa kalau berbicara jangan keras, namun terdengar kera mungkin huruf s nya melemah," jelas Tito.

Kesimpangsiuran tersebut dimanfaatkan kelompok dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang menggunakan seragam SMA untuk menyebarkan adanya rasisme tersebut.

Baca Juga: Sudah Mereda, Berikut Sejumlah Fakta Terkait Kerusuhan di Wamena

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya