Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda Darurat

Komariah tidak ingin anaknya tumbuh di pengungsian

Palu, IDN Times - Ratusan tenda berwarna putih dan biru tampak menyelimuti lereng Gunung Gawalise, Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Sudah satu tahun, tenda darurat dari pemerintah dan swasta ini menaungi para korban gempa dan likuefaksi yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.

IDN Times berkesempatan menyusuri tiap sudut di kompleks pengungsian Balaroa, Rabu (30/10). Berikut kisah para pengungsi korban Gempa Palu.

1. Kehidupan korban gempa di kompleks pengungsian

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Aktivitas di pengungsian terlihat sepi, sejumlah pintu tenda dibiarkan terbuka. Jemuran-jemuran baju menghiasi tenda pengungsi. Terlihat beberapa warga beristirahat dalam tenda yang hanya beralas terpal dan tikar.

Tiga anak kecil dengan baju lusuh terlihat berlarian di jalan berbatu dan berdebu.

2. Komariah terpaksa melahirkan di tenda

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Ada beragam cerita yang terukir di kompleks pengungsian tenda darurat di Balaroa. Satu di antara cerita suka dan duka yang dituturkan Komariah.

Perempuan berusia 40 tahun ini baru melahirkan satu bulan lalu. Di kening terdapat luluran kunyit yang dipercaya untuk memulihkan tenaga pascamelahirkan.

Dia memangku anaknya, Nur Aisyah, yang masih berusia satu bulan. Bayi Nur nampak menggemaskan dengan tubuh gembal. Komariah kemudian menceritakan perjuangan melahirkan putri keenam di dalam tenda pengungsian.

Baca Juga: Jokowi Pastikan Hunian Tetap Korban Gempa Palu Ditempati Sebelum 2020

3. Tanpa alat dan tenaga medis, bayi mungil itu lahir dalam tenda

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Pada 27 September 2019 pukul 01.00 dini hari saat itu, dia merasakan kontraksi hebat. Di tenda hanya ada dua anak yang masih kecil berusia empat tahun dan 10 tahun.

Sontak saja, suara teriakan Komariah yang kesakitan membangunkan pengungsi lain yang terlelap tidur, termasuk sanak saudara yang juga berada di tenda sebelah.

Mereka berbondong-bondong menuju tenda Komariah yang berada di lorong Gapki 2. Tepat pukul 02.00, sang bayi lahir tanpa pertolongan medis, bahkan saat proses persalinan hanya diterangi dengan lampu penerangan dari tenda.

"Proses persalinan dibantu tante, syukur sehat dan selamat," ucapnya.

4. "Saya tidak ingin Nur tumbuh di lingkungan pengungsian"

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Kendati demikian dia merasa sedih anak bungsu lahir dalam keadaan terbatas.

Selama beberapa bulan kebutuhan sang bayi mulai popok, bedak, baju dan lainnya dibantu para donatur. Meski begitu dia tidak bisa seterusnya menggantungkan hidup dari donatur.

"Kasihan juga saya melihat, Nur ini tidurnya dalam tenda kalau siang rasanya panas kalau malam kedinginan. Saya tidak ingin Nur tumbuh di lingkungan pengungsian," ujar Komariah.

Dia berharap bisa secepatnya mendapatkan hunian tetap dan pekerjaan lebih baik untuk suaminya.

Baca Juga: Kemensos Gelontorkan Jaminan Hidup Korban Gempa Palu Rp38 Miliar

5. 800 jiwa masih berada di tenda darurat

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Koordinator lapangan pengungsi di Balaroa, Abbas mengatakan, dalam kompleks pengungsian terdapat 251 Kepala Keluarga dengan 800 jiwa.

Abbas mengakui bahwa banyak permasalahan yang dihadapi para pengungsi mulai ketidaknyaman hidup di tenda, hingga keamanan.

"Usai gempa, bantuan dari mana-mana datang deras, namun semakin ke sini syukurlah masih ada beberapa bantuan yang datang rutin dari yayasan atau donatur satu minggu sekali, baik air bersih atau sembako. Kalau dari pemerintah daerah hanya dua kali paket sembako, kalau pemerintah pusat ada jaminan hidup," ujarnya.

6. Presiden Jokowi janjikan huntap bisa ditempati sebelum lebaran 2020

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Presiden Joko "Jokowi" Widodo memastikan korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu bisa menempati hunian tetap sebelum Lebaran 2020.

"Pembebasan lahan sudah dipercepat oleh PUPR, sehingga tidak ada lagi masalah, jadi korban bencana bisa menempati hunian tetap sebelum Lebaran 2020," ujarnya usai meninjau hunian tetap di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (29/10).

7. Proyek terhambat oleh masalah pembebasan lahan.

Kisah Komariah, Korban Gempa Palu yang Melahirkan di Tenda DaruratIDN Times/Dini suciatiningrum

Kendati demikian, Presiden Jokowi mengakui bahwa proses perkembangan proyek tersebut memang agak terhambat oleh masalah pembebasan lahan.

Namun, Presiden Jokowi sudah memastikan masalah tersebut sudah ditangani setelah menghubungi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil.

"Setelah lebih dari setahun memang progresnya agak lambat karena masalah yang berkaitan dengan lahan, pembebasan lahan, terutama untuk relokasi hunian tetap. Tapi kalau yang bangun individu, ini sebagian sudah berjalan. Tapi tadi saya pastikan dari Pak Gubernur, Bupati yang ada, saya telepon Menteri (Agraria dan Tata Ruang), Alhamdulillah urusan lahan sudah rampung," jelasnya.

Baca Juga: Korban Gempa Palu: Pak Jokowi Mengapa ke Palu Tapi Gak Tengok Kami

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya