Kisah Mahasiswa Indonesia Puasa 16 Jam di Mesir, Lawan Nafsu dan Panas

Tak hanya melawan hawa nafsu, tapi hawa panas juga

Jakarta, IDN Times - Puasa pada bulan Ramadan di negeri orang memberikan kesan sendiri bagi Aminullah Furqon. Apalagi, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Mesir baru pertama merasakan nikmat berpuasa di Negeri Firaun.

Furqon mengaku kaget saat menjalani ibadah puasa Ramadan di Mesir pada hari pertama. Durasi dari terbit fajar hingga matahari tenggelam cukup lama.

"Waktu di siang hari lebih lama daripada malam hari sehingga waktu berpuasa selama satu hari ditempuh selama 16 jam. Tentunya terkejut karena sangat berbeda dengan di Indonesia, khususnya waktu antara sahur dan berbuka, adzan subuh jam 03.00 pagi dan adzan magrib jam 19.00 malam,” kata Furqon dilansir situs muhammadiyah.or.id, Sabtu (17/4/2021).

1. Puasa di Mesir juga melawan hawa panas

Kisah Mahasiswa Indonesia Puasa 16 Jam di Mesir, Lawan Nafsu dan PanasIlustrasi Suasana Pandemik COVID-19 di Kairo, Mesir (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)

Baca Juga: 5 Rekomendasi Olahraga Terbaik saat Puasa, Tubuh Bugar Terus!

Puasa di Mesir ini bukan hanya melawan hawa nafsu, melainkan juga melawan hawa panas. Hembusan angin yang melewati lapisan kulit dan mengakibatkan rambut bergoyang pun seolah tak terasa sepoinya.

Dengan mengungkap syukur, Furqon bisa menjalani puasa Ramadan. Sebab kuatnya hubungan antarwarga Muslim di sana, yang saling memotivasi untuk tetap bertahan.

"Dukungan emosional memang tak membuat perut kenyang, namun semangat puasa jadi semakin berkobar," imbuhnya.

2. Jelang buka puasa, setiap sudut jalan digelar penyajian Hidangan Tuhan

Kisah Mahasiswa Indonesia Puasa 16 Jam di Mesir, Lawan Nafsu dan PanasUmat Muslim di Mesir melakukan salat Idulfitri di atap hunian mereka di Kairo, Mesir, Minggu (24/5). (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Abd El Ghany/foc)

Salah satu yang membuat Furqon bersemangat adalah momen ketika berbuka puasa. Menurutnya, setiap sore hari menjelang berbuka, hampir setiap sudut jalan digelar penyajian Maidatu al Rahman atau Hidangan Tuhan.

Hidangan ini berasal dari para dermawan di Mesir yang diberikan kepada warga setempat maupun mahasiswa mancanegara. Menurutnya, suguhan ini mampu menjawab ujian puasa sebagai kepastian dari penantian waktu berbuka.

“Dalam kondisi normal biasanya ada Maidatu al-Rahman semacam takjil bersama di jalan-jalan disediakan bangku dan meja juga santapan berbuka gratis, biasanya setengah jam sebelum berbuka sudah penuh dengan mahasiswa-mahasiswa dan warga setempat,” tutur kader Muhammadiyah tersebut.

3. Tarawih tidak jauh beda dengan di Indonesia

Kisah Mahasiswa Indonesia Puasa 16 Jam di Mesir, Lawan Nafsu dan PanasANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Furqon menyadari di Mesir waktu subuh semakin maju dan maghrib semakin mundur, sehingga waktu berpuasa semakin panjang. Meski demikian, tidak menyurutkan langkah kakinya untuk tetap pergi Tarawih berjamaah di masjid.

Menurutnya, budaya salat Tarawih di Mesir tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Namun, Furqon pernah mendapati momen qunut salat Tarawih dengan durasi yang tidak biasa, dan mungkin yang terpanjang di dunia.

“Kalau kaifiyat ibadah Tarawihnya tidak jauh beda dengan di Indonesia ada yang delapan rakaat, ada yang 20 rakaaat. Di sela-sela tarawih juga terkadang ada kultumnya. Mungkin yang bedanya saya pernah salat di Masjid Amr bin Ash dan qunutnya super lama, saya perkirakan durasi qunutnya 40 menit,” kata Furqon.

4. Pandemik pengaruhi kegiatan Ramadan di Mesir

Kisah Mahasiswa Indonesia Puasa 16 Jam di Mesir, Lawan Nafsu dan PanasIlustrasi Ramadhan (IDN Times/Sukma Shakti)

Akan tetapi, pada masa pandemik COVID-19 kebijakan ihwal ibadah Tarawih berganti. Tahun lalu, masjid ditutup dan jam malam diberlakukan, sehingga tidak ada Tarawih berjamaah.

Pada tahun ini, restoran beroperasi kembali dan masjid dibuka untuk melaksanakan salat, meskipun aturan kebersihan dan jarak fisik harus dipatuhi. Pemerintah setempat telah mengizinkan sebagian besar masjid untuk kembali dibuka, mengizinkan pelaksanaan salat Tarawih dengan menerapkan protokol kesehatan dan mempersingkat durasi ibadah.

Kehadiran pandemik juga berdampak pada kegiatan di Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir. Sebelum datangnya wabah, PCIM Mesir banyak melakukan kegiatan-kegiatan rutin selama bulan Ramadan seperti bedah buku, diskusi, dan pengajian.

Namun saat ini, kata Furqon, mereka hanya bisa mengadakan kajian secara daring. Dirinya juga memberitahu PCIM Mesir telah mengimbau anggotanya untuk menghindari acara yang mengundang orang banyak dan disiplin protokol kesehatan.

“Kegiatan PCIM selama Ramadan, mengadakan kajian tausiah daring baik bekerja sama dengan PCIM lainnya atau pun sendiri, mengadakan amal sosial bagi bagi sembako untuk mahasiswa Indonesia di Mesir dan penerimaan zakat fitrah,” tutur Furqon.

Baca Juga: Bacaan Niat Puasa Ramadhan dan Doa Buka Puasa Dilengkapi Artinya

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya