Kisah Mario, Pendiri Sunyi Kafe Sempat Diserbu Pelamar Disabilitas 

Mario sampai belajar bahasa isyarat 6 bulan

Jakarta, IDN Times - Dari luar, Sunyi house of coffee and hope yang berada di Jalan RS Fatmawati No 15 RT 2 RW 5 Cilandak Barat, Jakarta Selatan, tidak ada bedanya dengan kafe lain.

Namun suasana terasa berbeda saat memasuki halaman kafe. Seorang juru parkir mengarahkan sepeda motor dan mobil tanpa suara. Hal yang sama terjadi saat masuk ke dalam kafe, seorang kasir dengan bahasa isyarat menanyakan pesanan. Tidak hanya kasir, seluruh karyawan menggunakan bahasa isyarat saat melayani tamu.

Didirikan oleh Mario P Hasudungan Gultom pada April 2019 lalu, Sunyi house of coffee and hope merupakan kafe yang mempekerjakan disabilitas, mulai dari tukang parkir, kasir, barista, hingga pekerjaan lainnya. Tidak hanya teman tuli yang dipekerjakan, tapi ada juga dari tunadaksa.

Bagaimana kisah Mario mendirikan kafe istimewa ini, berikut penuturannya kepada IDN Times, Minggu (15/9) siang.

Baca Juga: Kisah Nabila, 262 Kali Ditolak Perusahaan karena Tak Bisa Mendengar

1. Jiwa sosial Mario sudah tumbuh sejak kecil

Kisah Mario, Pendiri Sunyi Kafe Sempat Diserbu Pelamar Disabilitas IDN Times / Dini suciatiningrum

Mario menceritakan, sejak kecil dia selalu diajarkan oleh orang tuanya untuk saling berbagi dan menolong, bahkan orang tuanya rutin mengajak dia berkunjung ke panti asuhan.

"Jiwa sosial saya sudah dipupuk sejak dini, sehingga saat lulus kuliah saya memang ingin berbisnis. Bukan sekedar mencari untung namun juga berdampak positif bagi banyak orang," paparnya.

Saat di Singapura, Mario melihat perkembangan khususnya lapangan pekerjaan untuk disabilitas sangat maju.

"Saya selalu ingat pesan orang tua bahwa kesuksesan adalah seberapa banyak orang yang kamu tolong, bukan seberapa materi yang kita punya," imbuhnya.

2. Berkali-kali ditolak investor

Kisah Mario, Pendiri Sunyi Kafe Sempat Diserbu Pelamar Disabilitas IDN Times/ Dini suciatiningrum

Pada 2016, dia bertemu Siti di sebuah acara komunitas disabilitas. Dari Siti, Mario mengenal teman-teman difabel lain.

Laki-laki jebolan Universitas Prasetiya Mulya, Cilandak, Jakarta Selatan ini akhirnya memahami bahwa teman-teman disabilitas masih kesulitan untuk mencari pekerjaan.

Berangkat dari masalah tersebut, Mario bersama temannya mencari ide untuk membantu teman-teman disabilitas.

"Saya tawarkan konsep ke investor-investor tetapi selalu ditolak dengan alasan tidak profit. Saat itu saya bekerja untuk mencari modal," terangnya.

3. Diserbu ratusan pencari kerja dari kelompok disabilitas

Kisah Mario, Pendiri Sunyi Kafe Sempat Diserbu Pelamar Disabilitas IDN TIMES/ Dini suciariningrum

Dari awal, Mario ingin memberikan wadah bagi kaum disabilitas sehingga sebelum Sunyi Kafe launching, dia membuka lowongan khusus untuk disabilitas.

"Karyawan kami kenalan dari komunitas serta lowongan yang saya pasang. Saya terkejut dalam sehari ada 100 orang yang melamar, dan lima hari ada 500-an yang apply lamaran, ini membuktikan bahwa mereka butuh lapangan kerja, ini di Jakarta saja lho," tambahnya.

4. Belajar bahasa isyarat selama enam bulan

Kisah Mario, Pendiri Sunyi Kafe Sempat Diserbu Pelamar Disabilitas IDN Times/ Dini suciatiningrum

Mario mengakui, mempunyai karyawan istimewa memiliki pengalaman tersendiri. Dia harus belajar bahasa isyarat selama enam bulan untuk berkomunikasi dengan karyawannya.

"Kami sama-sama belajar, karyawan belajar bagaimana membuat kopi dari kami, kami belajar bahasa isyarat dari mereka," terangnya.

5. Masyarakat positif menerima Sunyi Kafe

Kisah Mario, Pendiri Sunyi Kafe Sempat Diserbu Pelamar Disabilitas IDN Times/ Dini suciatiningrum

Meski demikian, Mario mengakui saat kali pertama ingin membuka Sunyi Kafe, dia sempat ketakutan. Mario takut jika masyarakat belum menerima konsep yang ditawarkan kafenya.

"Saat launching April 2019 lalu, saya takut kalau masyarakat tidak siap menerima. Namun, saya terkejut ternyata masyarakat excited dan positif dengan kehadiran Sunyi kafe ini, tidak ada diskriminasi di dalam sini, ketakutan ini hilang," ungkapnya.

Baca Juga: Meski Tunarungu dan Tunawicara, Pedagang Roti Ini Punya Cara Kreatif dalam Berbisnis

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya