Kisah Tukang Ojek di Papua Tampung Anak Terlantar dan Yatim Piatu

Amos Yeninar sempat divonis usianya tak akan bertahan lama

Jakarta, IDN Times - Kisah seorang pengemudi ojek di Nabire, Papua membangun Rumah Rehabilitasi bagi anak -anak pecandu narkoba, lem aibon dan anak jalanan, viral di media sosial.

Dikutip situs donasi KitaBisa, pria bernama Amos Yeninar sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk membantu anak jalanan dan yatim piatu di sekitarnya. Terlebih, dia hidup berkecukupan dan berkecimpung dunia politik.

Namun, hidupnya berubah 180 derajat saat dokter memvonisnya tidak bisa hidup lama dan akhirnya hidup sederhana sebagai tukang ojek hingga membangun Rumah Rehabilitasi bagi anak-anak anak jalanan.

Berikut kisah hidup Amos Yeninar yang inspiratif.

1. Amos hidup berkecukupan dan kerap berpesta

Kisah Tukang Ojek di Papua Tampung Anak Terlantar dan Yatim PiatuAmos Yeninar membangun Rumah Rehabilitasi bagi anak -anak jalanan/Kitabisa.com.

Setelah lulus dari Universitas Cenderawasih Papua, kehidupan Amos mulai sibuk dan dia pun sempat
bekerja di Puskesmas kemudian bergabung di Dinas Kesehatan. Pada 2015 dia juga bekerja di LSM sekaligus merangkap sebagai wakil sekretaris partai politik. 

Kehidupan Amos jauh dari kata kurang hingga membuatnya gelap mata. Terbuai dengan kemewahan, Amos sering berpesta pora dan membuat jauh dari Tuhan.

Baca Juga: Kisah Pilu Nenek Pemulung Makan Nasi Berkuah Air Hujan

2. Dokter memvonis usia Amos tidak lama lagi

Kisah Tukang Ojek di Papua Tampung Anak Terlantar dan Yatim Piatudokter memvonis usia Amos tidak lama lagi/kitabisa.com

Kehidupan Amos berubah pada 2016 saat dokter memvonis usianya tidak lama lagi. Sejak itu, dia semakin mendekatkan diri pada Tuhan dan mulai meninggalkan kesenangan dunia.

“Saya tidak menyangka kalau dokter memvonis akan meninggal dikarenakan penyakit paru-paru yang saya idap kala itu. Dari situlah saya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa dan rutin membaca Alkitab,” ujarnya. 

3. Amos buka lembaran baru menjadi tukang ojek

Kisah Tukang Ojek di Papua Tampung Anak Terlantar dan Yatim PiatuIlustrasi Tukang Ojek/ IDN Times Margith Juita Damanik

Dia juga rutin mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani, perlahan kondisi fisik dan mental Amos semakin membaik dan dirinya berjanji untuk terus melayani Tuhan.
 
Amos melepaskan pekerjaannya, dia kemudian tinggal di sebuah kamar kost yang jauh dari kata mewah bersama sang istri.

Bermodal sepeda motor bekas, Amos mulai menekuni pekerjaan barunya sebagai tukang ojek.

4. Amos membuka rumah singgah anak jalanan

Kisah Tukang Ojek di Papua Tampung Anak Terlantar dan Yatim PiatuInstagram.com/@tasawufunderground

Sambil berkeliling mencari pelanggan, pandangannya terhenti melihat anak-anak di sudut jalanan yang tengah mabuk karena menghirup lem aibon. Saat itu, hati Amos merasa tersayat.

“Anak-anak seperti mereka tak seharusnya tinggal di jalanan, tak seharusnya hidup bergantung pada lem aibon," katanya dalam hati.

Amos sering memberikan makanan untuk anak-anak jalanan, meskipun untuk makan sehari-hari pun susah.

Kesungguhannya Amos untuk merawat anak-anak jalanan dibuktikan. Pada 2018, dia dan sang istri menempati gedung kegiatan ibu-ibu PKK. Selain sebagai tempat tinggal, gedung tersebut juga untuk rumah singgah bagi anak-anak jalan yang memiliki ketergantungan dengan lem zat adiktif.

Sebanyak 90 anak jalanan datang ke rumah singgah. Rata-rata usia mereka 7 sampai 16 tahun, mereka adalah anak-anak yang sering menghirup lem aibon, minuman keras, seks bebas, anak yatim-piatu, anak broken home, hingga ditelantarkan begitu saja.

Baca Juga: Cerita Pilu Anak-anak Kampung Akuarium Trauma Melihat Penggusuran

5. Rumah singgah tersebut terbakar

Kisah Tukang Ojek di Papua Tampung Anak Terlantar dan Yatim PiatuRumah singgah anak jalanan/kitabisa.com

Namun, cobaan menerpa Amos, tidak lama rumah singgah tersebut terbakar saat itu Amos nyaris putus asa. Tuhan menjawab doa Amos hingga pada 2020, rumah singgah dapat digunakan kembali, meski keadaannya tidak seperti dahulu. 

Semula mampu menampung 90 anak, kini rumah singgah hanya didatangi 20 anak.

Mereka yang datang masih tetap sama, yakni anak-anak yang masih aktif dan kecanduan zat adiktif. Amos berharap, di tahun ini dapat membuat panti rehabilitasi di Nabire, Papua sehingga anak-anak tak lagi kecanduan dan hidup menjadi anak yang sehat dan bahagia. 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya