LaporCovid: Ponpes Belajar Tatap Muka Meski Santri Hilang Penciuman  

Sejumlah ponpes diduga melanggar protokol kesehatan

Jakarta, IDN Times - Klaster pesantren kembali mengancam. Ratusan santri di berbagai pondok pesantren terkonfirmasi positif COVID-19. Dalam laporan LaporCovid-19, sekitar 400 santri di Tasikmalaya terkonfirmasi positif COVID-19 pertengahan Februari 2021, kemudian 550 santri dan guru di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, juga terpapar COVID-19.

Mirisnya, tidak sedikit pondok pesantren yang tidak menerapkan protokol kesehatan bahkan pihak pondok terkesan tertutup.

Dalam laporan warga yang diterima LaporCovid-19, seorang orang tua santri melaporkan pondok pesantren di Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang disebut memaksakan pembelajaran tatap muka per 26 Januari 2021, padahal banyak siswa yang demam dan kehilangan indra penciuman. Bahkan, dia sulit menemui anaknya padahal sang anak positif COVID-19.

"Anak saya dan beberapa teman lainnya sudah terkonfirmasi positif COVID-19, tetapi saya kesulitan untuk berkomunikasi dengan dia," demikian laporan warga yang dikutip Laporcovid-19, Kamis (25/2/2021).

Baca Juga: Usai Liburan, 632 Santri di Enam Pondok Pesantren Positif COVID-19

1. Pesantren terkesan tertutup namun mengundang pejabat

LaporCovid: Ponpes Belajar Tatap Muka Meski Santri Hilang Penciuman  Ilustrasi pondok pesantren. IDN Times/Prayugo Utomo

Tim LaporCovid-19 Firdaus Ferdiansyah membenarkan adanya klaster corona di pesantren, yang menunjukkan rentannya penularan di pendidikan asrama dan sulitnya menegakkan protokol kesehatan di kalangan peserta didik.

"Kami juga menerima laporan warga yang mengaku kesulitan berkomunikasi dengan anaknya di pesantren. Padahal, anaknya dan sejumlah santri terkonfirmasi positif COVID-19. Pihak pesantren terkesan tertutup dengan orang tua, malah mengundang pejabat dalam kegiatan pesantren, "ungkap Firdaus dalam siaran tertulis yang diterima IDN Times.

2. Sejumlah pesantren diduga abai protokol kesehatan

LaporCovid: Ponpes Belajar Tatap Muka Meski Santri Hilang Penciuman  Ilustrasi santri di pondok pesantren. ANTARA FOTO/Fauzan

Selain itu, Tim LaporCovid-19 juga mengumpulkan sejumlah laporan tentang pelanggaran protokol kesehatan di lingkungan pesantren. Misalnya, santri di sebuah pesantren di Serang, Banten, banyak yang abai menggunakan masker dan menjaga jarak. Ada juga yang menggelar pembelajaran tatap muka meski banyak anak yang meninggal dan kehilangan indra penciuman.

"Padahal, Surat Keputusan Bersama Empat Menteri tentang skema pembelajaran 2020/2021 kurva pembelajaran tatap muka di pesantren dengan sejumlah syarat. Salah satu di antaranya wajib memperhatikan protokol kesehatan dan berkoordinasi dengan Gugus Tugas COVID-19 setempat," imbuhnya.

3. Pesantren perlu melaporkan kondisi santrinya kepada orang tua

LaporCovid: Ponpes Belajar Tatap Muka Meski Santri Hilang Penciuman  Ilustrasi santri di pondok pesantren. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Menurut Firdaus, pihak pesantren perlu melaporkan kondisi santrinya kepada orang tua santri. Begitupun dengan instansi terkait, seperti dinas kesehatan dan kantor kementerian agama setempat.

"Tentu saja perlu keterbukaan informasi agar wabah tidak semakin meluas. Ini demi keselamatan santri, ustaz/ustazah, kiai, juga masyarakat sekitar, karena tingginya risiko penularan COVID-19 di pondok pesantren.

Baca Juga: Muncul Klaster Pondok Pesantren di Cilacap, 88 Santri Positif COVID-19

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya