Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?

Corona masih merajalela, tenaga medis jangan sampai burnout

Jakarta, IDN Times - Sejak pemerintah mengumumkan penemuan kasus pertama dan kedua COVID-19 pada 2 Maret 2020, tenaga kesehatan mulai pasang badan menyambut serangan wabah COVID-19 yang sudah melanda Tiongkok dan negeri tetangga.

Kini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka positif virus corona tertinggi di dunia. Berdasarkan data terbaru, Sabtu (26/9/2020), total kasus COVID-19 di Tanah Air sudah mencapai 271.359, di mana pada Sabtu ini saja terdapat 4.494 kasus baru COVID-19.

Hampir 7 bulan tenaga kesehatan bergulat melawan pandemik virus corona di rumah sakit rujukan COVID-19. Tidak sedikit dari mereka harus mengorbankan nyawa demi melayani pasien agar sembuh dari corona.

Berdasarkan catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sudah ada 117 dokter yang meninggal karena terpapar COVID-19. Tidak heran, gelombang pasien yang terus berdatangan membuat tenaga kesehatan kewalahan dan kelelahan.

Kepala Bidang Koordinator Relawan Medis STCP-19, Jossep F. William, mengakui saat ini tenaga medis yang menangani pasien COVID-19 mulai kelelahan. Pihaknya pun berupaya agar para pahlawan kesehatan ini tetap dalam kondisi baik.

"Memang saat ini tenaga medis cukup keletihan juga. Kita usahakan mereka tetap gembira supaya imun tetap baik. Karena memang pekerjaan kita masih panjang. Belum ada tanda-tanda turun," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin 21 September 2020.

Dengan kasus COVID-19 yang terus bertambah, William mengimbau kepada masyarakat agar lebih patuh lagi menjalankan protokol kesehatan. Bila masyarakat tidak patuh, bukan tidak mungkin sistem kesehatan di Tanah Air bakal ambruk.

Dalam riset Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), yang dilakukan dari Februari sampai Agustus 2020 dengan melibatkan 1.461 responden dari seluruh provinsi di Indonesia, terungkap sebanyak 82 persen tenaga kesehatan mengalami kelelahan tingkat sedang, dan satu persen mengalami kelelahan tingkat berat.

Baca Juga: Tenaga Medis Kelelahan Tangani COVID-19, Apa Strategi Pemprov DKI?

1. Pandemik COVID-19 telah meningkatkan beban kerja, sehingga tenaga medis alami stres tinggi

Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?Ilustrasi tenaga medis mengenakan APD. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Riset ini dilatarbelakangi adanya temuan burnout di negara lain yang juga terdampak COVID-19. Burnout merupakan sindrom psikologis akibat respons kronik terhadap stresor yang memiliki tiga gejala yakni keletihan emosi, kehilangan empati, dan rasa percaya diri.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Ketua Tim Peneliti dari Program Studi MKK FKUI, Dewi S Soemarko menerangkan, burnout di tengah pandemik dirasakan tenaga kesehatan yang mengalami stres.

"Tercatat 35 persen dokter negara berkembang burnout, 46 persen dokter di Amerika ada 1 gejala burnout, Eropa 43 persen dokter mengalami lelah luar biasa, 35 persen depersonalization, 32 persen kurang kompeten," papar Dewi kepada IDN Times, Selasa 8 September 2020.

Menurut Dewi, pandemik COVID-19 telah meningkatkan beban kerja di sistem pelayanan kesehatan di Tanah Air, akibatnya tenaga kesehatan mengalami stres tinggi.

"Inilah perlunya mengetahui kondisi burnout saat masa pandemik di kalangan kesehatan,  sehingga tahu kinerja masa depan," ujarnya.

2. Tenaga medis yang berada di garda terdepan perangi COVID, alami kelelahan mental 2 kali lipat

Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?Infografik kelelahan mental pada tenaga medis/ Arief

Dewi menerangkan, tim melakukan studi potong lintang mengenai keletihan mental pada tenaga medis, dengan menyebarkan survei online kepada para tenaga kesehatan mulai dari dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, apoteker, hingga analis laboratorium.

"Hasilnya, 82 persen atau 1.197 tenaga medis mengalami burnout tingkat sedang, 17 persen atau 248 tenaga medis alami burnout rendah, dan 1 persen atau 16 tenaga kesehatan alami burnout berat.

Dalam penelitian tersebut, juga terungkap bahwa tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan alami kelelahan mental dua kali lipat.

Meski tim peneliti tidak dapat menyebutkan adanya hubungan antara karakteristik individu dengan keletihan mental secara keseluruhan, namun berdasarkan hasil riset tersebut dokter yang sudah menikah berisiko mengalami dua gejala keletihan mental, yakni keletihan emosi dan kehilangan rasa percaya diri.

Kemudian, dokter umum tiga gejala yakni keletihan emosi, kehilangan empati, dan rasa percaya diri.

Lalu, tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 mengalami dua gejala burnout yakni keletihan emosi dan kehilangan empati.

3. Perawat ini mulai lelah dan jenuh hadapi wabah COVID-19

Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?Perawat ICU RSPP Modular Simprug, Novi Citra Lenggana (Dok. Humas RSPP)

Riset tersebut diamini oleh salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan COVID-19 yakni Novi Citra Lenggana. Perawat RSPP Modular Simprug ini mengaku lelah hampir tiap hari bekerja melawan COVID-19, bahkan dia terus bertanya kapan situasi ini berakhir.

"Kapan pandemik ini berakhir, semoga cepat berlalu," ungkapnya pada IDN Times, Senin 21 September 2020.

Novi menceritakan, hampir 7 bulan dia menjadi 'prajurit' melawan COVID-19 yang kasusnya setiap hari terus meningkat. Sebagai tenaga kesehatan, dia mengesampingkan sejumlah keinginan demi menghadapi COVID-19.

"Saya kangen memeluk orangtua saya dan ponakan saya yang lucu-lucu," ungkapnya pada melalui sambungan telepon.

Novi mengakui, meski sudah mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dari ujung kaki sampai ujung rambut, perasaan khawatir dan takut selalu muncul karena tiap hari dia melayani pasien positif COVID-19.

"Bosan pasti ada, sudah enam bulan lebih memakai protokol sangat lengkap, meski sudah pakai hazmat pasti ada perasaan insecure, jadi sepanjang memakai hazmat juga terus berdoa," paparnya.

Novi tidak menampik pernah merasakan titik jenuh dan lelah hadapi wabah ini. Pasalnya, selain jauh dengan keluarga dia harus melakukan suatu hal yang hampir sama setiap hari yakni bertemu pasien COVID-19.

4. IDI minta pemerintah perhitungkan kesehatan dan keselamatan tenaga medis

Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?Infografik Penilaian Keamanan COVID-19 per Negara di Asia (IDN Times/Aried Rahmat)

Penelitian serupa juga pernah dilakukan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Wakil Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia Adib Khumaidi memaparkan hasil riset Magister (FKUI) yang mengungkapkan, 82 persen tenaga mengalami keletihan mental di tengah pandemik COVID-19. Kondisi ini tidak jauh beda dengan penelitian yang dilakukan IDI beberapa waktu lalu.

"Jadi ini menggambarkan kondisi tenaga kesehatan yang berkaitan dengan ketahanan mental, kelelahan atau bornout," ujarnya.

Adib sudah pernah menyampaikan kondisi ini ke Satgas Penanganan COVID-19, agar pemerintah memperhitungkan kesehatan dan keselamatan tenaga medis dan tenaga kesehatan, karena jalan masih panjang.

"Kesehatan harus dijaga dan dilindungi keselamatan dengan kesehatan gizi, stamina," katanya.

5. Beban kerja meningkat saat COVID-19, jam kerja sebaiknya ikuti kemampuan tenaga medis

Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?Ilustrasi Pasien COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Luis Gonzalez

Adib mengatakan, ketahanan mental juga berkaitan dengan jam kerja. Kasus positif COVID-19 yang terus bertambah membuat beban kerja tenaga kesehatan meningkat, untuk itu jam kerja sebaiknya mengikuti aturan dan kemampuan tenaga kesehatan.

"Dalam kondisi normal dalam arti sebelum pandemik, sistem kerja dibagi tiga sif, tapi saat COVID-19 usahakan sesuai kemampuan, sebab tenaga medis yang menggunakan hazmat hanya bertahan 5 sampai 6 jam, karena memang jika memakai hazmat di atas 4 jam, suasana sudah berubah, sudah sangat lelah," paparnya.

Adib juga menyarankan tenaga kesehatan melakukan relaksasi dengan istirahat yang cukup.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito juga angkat bicara terkait kelelahan fisik dan mental yang dialami tenaga kesehatan saat ini.

Secara khusus, Wiku meminta agar jam kerja tenaga medis ini harus dikurangi agar tenaga medis tidak kelelahan saat menangani pasien COVID-19.

Selain itu, rasio dokter dan pasien di rumah sakit juga menjadi sorotan Wiku. Dia meminta rasio itu harus dikendalikan, salah satunya dengan cara pengurangan jam kerja tadi.

"Agar tidak timbul kelelahan pada tenaga kesehatan," jelas Wiku.

6. Strategi Pemprov DKI Jakarta mencegah tenaga kesehatan tidak alami burnout

Lelah Mental dan Fisik 7 Bulan Hadapi COVID-19, Tenaga Medis Menyerah?Perawat ICU RSPP Modular Simprug, Novi Citra Lenggana (Dok. Humas RSPP)

Terkait hal ini, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, banyak tenaga medis yang menangani pandemik COVID-19 di Jakarta, tidak tinggal di Ibu Kota. Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta telah mengakomodasi hotel atau penginapan bagi mereka. Selain itu, para tenaga medis harus menerapkan sistem sif dalam bekerja.

"Harus diatur sekali supaya gak kelelahan," kata Widyastuti.

Selain itu, para tenaga medis juga didampingi oleh sejumlah tim psikososial. Para psikolog itu terdapat di setiap Puskesmas hingga rumah sakit swasta.

"Ada 15 psikososial, tiap puskesmas ada. Di beberapa RS juga ada secara internal memantau di masing-masing," jelasnya.

Pemprov DKI juga baru saja merekrut 1.174 tenaga medis baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dan dengan berbagai macam latar belakang mulai dari dokter paru, dokter penyakit dalam, anastesi, dokter anak, spesialis Obgyn, dokter umum, perawat, bidan, radiografer, ahli teknologi laboratorium medik, survaillance, hingga penyuluh kesehatan.

Rencananya, mereka akan ditempatkan di RSUD DKI Jakarta, UPT Labkesda, Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan sebagian ada yang diperbantukan di BUMN maupun swasta yang telah mengajukan ke Pemprov DKI Jakarta.

Baca Juga: Angka Bertambah Lagi, Sudah 117 Dokter di Indonesia Gugur 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya