Menkes Beberkan Strategi Pemerintah Deteksi Varian Baru Virus Corona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan menggalakkan kemampuan tes whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi strain baru virus corona. Dia mengakui selama ini Indonesia baru melakukan 172 tes WGS dalam satu tahun.
"Sehingga lima varian baru akan sulit teridentifikasi, padahal beberapa negara setahun bisa 10 ribu tes Makanya kita tingkatkan jaringan lab dengan Kemenristek pada 8 Januari untuk meningkatkan tes, hasilnya kita temui adanya varian baru yang sebenarnya sudah masuk di awal tahun," ujar Budi saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR yang dipantau secara daring, Senin (15/3/2021).
1. Ada enam sampel terdeteksi B117
Budi menerangkan saat ini sudah ada pemeriksaan terhadap 547 spesimen hasil kolaborasi 15 laboratorium. Sebanyak 6 sampel terdeteksi varian B117 pada Maret 2021 yang sampelnya diambil pada Januari.
"Dua pertama dari Saudi Arabia untuk varian B117 dari UK, enam sampel kemudian kita ketahui dua di antaranya juga dari Saudi Arabia dan sudah ada dari transmisi lokal. Kita sudah tindak lanjuti tracing, alhamdulilah negatif," ujarnya.
Baca Juga: Eijkman: 48 Kasus Varian Baru Corona N439K Sudah Masuk RI Sejak 2020
2. Mutasi baru corona N439K juga sudah muncul
Editor’s picks
Diketahui kekhawatiran varian-varian baru virus Sars-CoV-2 masuk ke Indonesia mulai jadi kenyataan. Jauh sebelum ditemukan varian baru yang muncul di Inggris, B117, sudah ada varian lainnya dari Inggris yang telah masuk ke Indonesia. Mutasi baru corona ini disebut N439K.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan varian N439K itu sudah masuk ke Indonesia sejak November 2020 lalu. Saat itu, pemerintah belum memperketat kedatangan bagi WNI dan WNA dengan mewajibkan kembali tes COVID-19 begitu tiba di Bandara Soekarno-Hatta.
"(Varian baru) sudah ditemukan sejak November 2020 lalu. Dari data 537 isolat yang dipelajari ada 48 kasus yang mengandung mutasi tersebut," ujar Amin ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Sabtu (13/3/2021).
3. Varian baru masih dideteksi
Amin pun mengakui Indonesia dan dunia ketika itu belum memperhatikan varian baru N439K. Dunia internasional, kata Amin, baru memperhatikan setelah varian baru tersebut masuk jurnal. Ia baru menyadari ternyata varian N439K penting untuk diperhatikan.
"Waktu November itu kan juga belum terlalu heboh pemberitaan mengenai varian ini," tutur dia lagi.
Amin menjelaskan pihaknya kini tengah menelusuri kembali rekam jejak pasien yang sempat terpapar COVID-19 dan memiliki varian baru N439K tersebut. "Apakah virus itu datang dari pasien (dengan gejala) berat, pasien OTG (orang tanpa gejala) atau terlacak dari kasus-kasus yang melakukan perjalanan. Kami belum tahu. Jadi, belum bisa disimpulkan 48 kasus yang mengandung N439K itu bisa dikaitkan keadaan klinis berat," ungkap Amin.
Baca Juga: Ahli Biomolekuler: Pemerintah Jangan Remehkan Varian Baru Corona B117