Meski Sudah Sembuh, Pasien COVID-19 Berisiko Alami Kerusakan Paru 

20 persen Orang Tanpa Gejala bisa terkena pnemonia

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 hampir 10 bulan melanda tanah air dan sudah merengut banyak nyawa. Tercatat total kasus COVID-19 capai 951.651 kasus, dengan jumlah 27.203 kematian pada Kamis (21/1/2021)

Meski demikian masih banyak yang tidak menyadari jika sampai terinfeksi virus COVID-19 akan berdampak panjang, bahkan meski sudah dinyatakan sembuh.

Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan, Agus Dwi Susanto, mengatakan pasien COVID-19 yang sembuh beresiko mengalami fibrosis paru atau penurunan pada fungsi paru-paru.

"Sekitar sekitar 16 sampai 17 persen penderita pneumonia dapat sembuh, hanya saja kesembuhan itu nanti sembuh sempurna atau tidak. Jika dilihat dari dari perjalanan covid , ketika paru ini sudah terjadi kerusakan menjadi pneumonia, bisa menimbulkan suatu sisa yang disebut sebagai fibrosis," ujarnya seperti disampaikan melalui konferensi pers daring di YouTube BNPB.

1. Jaringan paru meradang meski virus sudah hilang

Meski Sudah Sembuh, Pasien COVID-19 Berisiko Alami Kerusakan Paru Ilustrasi pasien. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Agus menjelaskan fibrosis merupakan jaringan paru yang meradang meski hasil PCR sudah negatif atau virus COVID-19  sudah hilang. Ini juga biasa disebut dengan longcovid.

"Meski hasil PCR negatif, namun ketika scanning atau foto rontgen sudah terjadi kerusakan (paru), ini lah yang disebut gejala sisa," paparnya.

Baca Juga: DPR Minta Erick Tohir Buat Data Orang Terpapar COVID-19 secara Akurat

2. 20 persen penderita COVID-19 bersifat irreversible

Meski Sudah Sembuh, Pasien COVID-19 Berisiko Alami Kerusakan Paru Ilustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Agus menerangkan banyak faktor yang masih rahasia apakah paru bisa kembali sempurna atau tidak. Meski demikian 20 persen kasus itu bersifat irreversible atau tidak bisa kembali normal .

"Jadi kalau pertanyaan apakah pneumonia itu dapat sembuhkan? Kasusnya ada yang bisa disembuhkan, ada yang tidak, bahkan ada yang tidak bisa ditolong menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan bahkan meninggal," ucapnya.

3. Selain PCR sebaiknya juga melakukan rontgen

Meski Sudah Sembuh, Pasien COVID-19 Berisiko Alami Kerusakan Paru Ilustrasi tes usap atau PCR Test. IDN Times/Irfan Fathurohman

Agus mengimbau jika terinfeksi COVID 19, maka selain PCR harus tetap konsultasi ke dokter, jika perlu rontgen untuk mendeteksi pneumonia.

Bahkan, berdasarkan survei di salah satu rumah sakit di Jakarta penderita COVID-9 tanpa gejala ternyata ada pneumonia itu sekitar 10 sampai 20 persen.

"Jadi pneumonia itu bisa saja secara tidak ada gejala, tapi secara geologis ternyata ditemukan. Jika ini tidak ditangani yang benar tadi maka menjadi berat. Yang terpenting adalah melakukan konsultasi kepada tenaga medis bila sudah terkonfirmasi COVID, karena menentukan derajat ringan, berat atau kritis adalah tenaga medis," imbaunya.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.

 

Baca Juga: Data Lengkap COVID-19 di Indonesia per Kamis 21 Januari 2021 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya