Pakar: Jangan Anggap Enteng Omicron, Gejala Ringan Tapi Tidak Jinak 

Varian ini mampu menurunkan kadar antibodi setelah vaksinasi

Jakarta, IDN Times - Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Gunadi meminta masyarakat untuk tidak menganggap enteng dan tetap mewaspadai penularan COVID-19 varian Omicron.

Meskipun infeksi varian ini menunjukkan gejala umum yang tidak berat, namun bukan berarti tidak ringan.

“Omicron ini gejala umumnya tidak berat, tetapi tidak jinak. Jika kena yang rentan bisa menjadi berat,” jelasnya dalam siaran tertulis, Jumat (28/1/2022).

1. Omicron menyebabkan kenaikan okupansi rumah sakit dan ICU di Amerika Serikat

Pakar: Jangan Anggap Enteng Omicron, Gejala Ringan Tapi Tidak Jinak Seorang sukarelawan meletakkan bendera Amerika mewakili beberapa dari 200.000 nyawa yang hilang di Amerika Serikat dalam pandemi penyakit virus korona (COVID-19) di National Mall, Washington, Amerika Serikat, Selasa (22/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Roberts)

Gunadi menyebutkan varian Omicron telah menyebabkan kenaikan okupansi rumah sakit dan ICU di Amerika Serikat dan negara-negara maju. Kondisi ini patut diwaspadai oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat di tanah air.

Selain memiliki kemampuan penyebaran yang cukup tinggi, varian Omicron juga mampu mengelabui sistem imun tubuh. Varian ini mampu menurunkan kadar antibodi dalam tubuh baik setelah vaksinasi maupun mereka yang pernah menjadi penyintas.

“Jangan sampai karena menganggap kurang berat jadi kurang waspada. Varian Omicron memiliki transmisi 70 kali lebih cepat dari varian Delta. Jika mengenai orang di sekitar kita itu menjadi lebih berat terutama pada lansia, komorbid dan mereka yang belum mendapatkan vaksin atau belum divaksin karena alasan kesehatan,” paparnya.

Baca Juga: Menkes Beberkan Jurus Pemerintah Hadapi Gelombang Omicron, Apa Saja?

2. Tetap terapkan protokol kesehatan dan vaksin

Pakar: Jangan Anggap Enteng Omicron, Gejala Ringan Tapi Tidak Jinak Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Oleh sebab itu, Gunadi mengimbau masyarakat untuk terus waspada dengan menerapkan protokol kesehatan, melakukan vaksin hingga dua dosis dan booster untuk meningkatkan antibodi COVID-19.

"Langkah-langkah tersebut penting dilakukan tidak hanya sebagai upaya perlindungan diri, tetapi juga melindungi masyarakat yang masuk kelompok rentan," ujarnya.

3. Kasus COVID-19 pada anak akibat varian Omicron

Pakar: Jangan Anggap Enteng Omicron, Gejala Ringan Tapi Tidak Jinak Tenaga kesehatan TNI menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar di SDN Harapan Mulya 02, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (15/12/2021). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Gunadi mengatakan kasus COVID-19 pada anak akibat varian Omicron meningkat di beberapa negara. Namun demikian, perlu penelitian lebih mendalam terhadap fatalitas yang ditimbulkan oleh varian baru ini.

“Karena data masih minimal yang bisa dilakukan kita semua termasuk pemerintah adalah melakukan vaksinasi pada anak. Harapannya anak di bawah usia 6 tahun, tapi ini masih menunggu WHO semoga bisa segera approve untuk kelompok ini,” katanya.

4. Populasi yang belum tervaksin menjadi sisi rentan

Pakar: Jangan Anggap Enteng Omicron, Gejala Ringan Tapi Tidak Jinak Petugas medis menyuntikan vaksin COVID-19 ke seorang dokter di RS Siloam TB Simatupang, Jakarta, Kamis (14/1/2021). Program vaksinasi COVID-19 tahap pertama kepada tenaga kesehatan mulai dilakukan di berbagai daerah di Indonesia (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Dia menyebutkan populasi yang belum tervaksin menjadi sisi rentan. Populasi ini menjadi titik dimana virus bersirkulasi. Apabila virus semakin sering bersirkulasi di masyarakat maka semakin besar peluang timbulnya mutasi baru virus corona.

“Ini terjadi pada Omicron dan Delta dimana virus bersirkulasi cepat maka timbul mutasi baru,”terangnya.

 

Baca Juga: Menkes: 3 Pasien Omicron Meninggal, Termasuk 1 yang Sudah Booster 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya