Pakar UI: Virus Corona Tidak Bisa Hilang, Masyarakat Harus Terbiasa

Kendali COVID-19 ada di tangan masyarakat

Jakarta, IDN Times - Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr. Pandu Riono menyebutkan, sulit untuk memprediksi kapan pandemik virus corona atau COVID-19 berakhir. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat harus siap menghadapi dan terbiasa dengan COVID-19.

"Susah diprediksi, jadi virus (COVID-19) ini akan jangka panjang, tidak mungkin dalam waktu singkat akan selesai," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Kamis (21/5).

Baca Juga: JK: Berdamai dengan COVID-19, Kalau Salah Pengertian Bisa Berbahaya

1. Virus COVID-19 akan terus bermutasi

Pakar UI: Virus Corona Tidak Bisa Hilang, Masyarakat Harus TerbiasaANTARA FOTO/REUTERS/Daniel Acker

Dia menuturkan, jika vaksin ditemukan belum tentu bisa diselesaikan dengan cepat. Sebab, vaksinasi harus mencapai 80 persen penduduk Indonesia untuk mendapatkan heart immunity.

"Tapi orang yang pesimis karena ini virusnya selalu bermutasi, kalau ada mutasi baru vaksinnya harus ganti, kayak flu aja tiap tahun ini diganti karena virusnya juga berubah," ujar Pandu.

2. Masyarakat harus terbiasa dengan COVID-19

Pakar UI: Virus Corona Tidak Bisa Hilang, Masyarakat Harus TerbiasaWarga berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta, Senin (18/5). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Pandu menegaskan, yang bisa dilakukan saat ini adalah meredam lonjakan kasus COVID-19 serta berupaya mencari vaksin yang benar-benar bagus, aman, dan efektif.

"Masyarakat harus terbiasa dengan COVID-19 dengan meningkatkan kewaspadaan, jika keluar pakai masker, fasilitas publik memperbanyak tempat cuci tangan, kantor sediakan hand sanitizer," ujarnya.

3. Masyarakat harus bersiap memasuki era new normal

Pakar UI: Virus Corona Tidak Bisa Hilang, Masyarakat Harus TerbiasaSejumlah pengendara melintas di kawasan Senayan, Minggu (17/5/2020) (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Karena kondisi ini, Pandu memperingatkan masyarakat harus mempersiapkan dan merumuskan kehidupan new normal. Tidak hanya di rumah atau kantor, namun juga sekolah, misalnya mengubah suasana belajar mengajar, satu kelas jumlah siswa dibatasi.

"New normal adalah pembicaraan suatu strategi di masa pandemik setelah pelanggaran, jadi kalau mau dibuka sekolahnya harus siap," imbuh dia.

4. Saat ini yang pegang kendali adalah masyarakat

Pakar UI: Virus Corona Tidak Bisa Hilang, Masyarakat Harus TerbiasaSejumlah kendaraan memadati ruas jalan di kawasan Semanggi, Jakarta, Selasa (19/5/2020) (ANATARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Pandu menambahkan, saat ini masyarakat sendiri yang memegang kendali. Di beberapa daerah yang tidak melaksanakan PSBB, lebih berhasil dalam pengertian kasus.

"Contohnya masyarakat di Bali, mereka memang bagus ya jadi patuh terhadap adat, karena jadi bukan urusan pemerintah, masyarakat lebih tunduk pada penalti adat," ujarnya.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi: Gelombang Kedua COVID-19 Bisa Terjadi di Indonesia

Topik:

  • Sunariyah
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya