Pemprov DKI Dinilai Tegas Tangani COVID-19, Pemerintah Pusat Plin-plan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Laporcovid19 berkolaborasi dan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) Singapura melakukan survei sosial kepada warga Jakarta atas penanganan pandemik COVID-19 oleh pemerintah pusat dan daerah.
Survei tersebut dilakukan pada 29 Mei sampai 2 Juni 2020 dan
diikuti oleh 3.160 responden yang merupakan warga DKI Jakarta.
"Survei tersebut kami berikan para responden untuk menulis satu kata yang mewakili opini mereka terhadap respons pemerintah dalam penanganan COVID-19, ada 2 tingkatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah," ujar peneliti NTU Singapura, Prof Sulfikar Amir dalam diskusi virtual, Kamis (4/6).
1. Responden sebagian besar menulis kata negatif untuk pemerintah pusat
Sulfikar mengungkapkan dalam opini yang ditulis responden untuk pemerintah pusat, sebagian besar menuliskan kata negatif seperti plin-plan, lambat, tidak tegas, labil, inkosisten.
"Jadi kalau kita lihat apa sentimen negatif jauh relatif lebih besar dan lebih banyak, tentu ini tidak menganggap bahwa pemerintah pusat gak bagus ada juga warga yang mengatakan lumayan bagus, cukup semangat, tetapi sentimen negatifnya masih dominan," paparnya.
Baca Juga: Daftar Lengkap Aturan PSBB Jakarta Terbaru Selama Masa Transisi
2. Penanganan COVID-19 Pemprov DKI Jakarta mendapat respons lebih positif
Menariknya, lanjut Sulfikar, warga Jakarta memberikan sentimen positif lebih besar dalam penanganan COVID-19 kepada Pemprov DKI Jakarta dibanding pemerintah pusat.
Tanggapan positif tersebut berupa lumayan, tegas, mantap, good, peduli, maksimal, lanjutkan dan kata positif lain.
Editor’s picks
"Kami bukannya membela Pemprov DKI ya, tapi ini kata-kata yang muncul lebih banyak sentimen positifnya daripada negatif," kata dia.
3. Pemberlakuan new normal belum saatnya diberlakukan di DKI Jakarta
Sulfikar menambahkan sebenarnya survei opini tersebut merupakan bonus pertanyaan di akhir survei indeks persepsi risiko kesiapan warga DKI Jakarta memasuki new normal atau kenormalan baru.
Sementara hasil survei ditemukan bahwa meskipun warga DKI Jakarta merasa cukup memiliki informasi, pengetahuan, wawasan, modal sosial, serta kecenderungan kuat untuk berhati-hati agar tidak terpapar virus corona, namun warga DKI merasa belum siap memasuki era new normal.
"Jadi wacana pemberlakuan tatanan kehidupan baru new normal belum saatnya diberlakukan bagi warga DKI Jakarta," terangnya.
4. Warga DKI Jakarta belum siap new normal
Zulfikar menerangkan dalam survei tersebut satu pertanyaan ada beberapa tingkatan dari 1 yakni bahaya sampai 5 artinya siap. Setelah menganalisis data responden didapatkan angka 3,46 artinya belum siap memasuki new normal.
"Angka 3,46 berada di antara wilayah agar rendah dan nada tinggi, masih jauh di kondisi yang ideal yang angkanya antara 4 dan 5. Jadi kalau mempertanyakan apakah warga DKI siap, jawabannya adalah kurang siap," jelasnya.
Baca Juga: Pengamat: Indonesia Gak Menyongsong New Normal, tapi New Backward!