Penderita Alzheimer Lebih Rentan Depresi Selama PSBB COVID-19

Selamat hari Alzheimer sedunia

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang melanda berbagai belahan dunia berdampak pada berbagai lapisan masyarakat, termasuk penderita alzheimer.

Dokter Junita Maja Pertiwi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) mengungkapkan, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memberikan dampak negatif pada penderita alzheimer.

"Dalam keadaan normal saja mereka sulit beradaptasi, apalagi dalam keadaan tidak normal, jika biasa mereka bisa jalan-jalan menikmati alam, bertemu keluarga, anak. Namun saat PSBB tidak bisa, ini membuat mereka lebih depresi," ujar dia dalam Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia yang disiarkan secara daring, Senin (21/9/2020).

1. Pikun dianggap hal yang normal dialami lansia

Penderita Alzheimer Lebih Rentan Depresi Selama PSBB COVID-19pexels.com/Pixabay

Junita menerangkan berdasarkan data dari Alzheimer’s Disease International dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat lebih dari 50 juta orang di dunia mengalami demensia dengan hampir 10 juta kasus baru setiap tahunnya.

Demensia merupakan suatu sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, atau kerap kali disebut pikun. Dari banyaknya kasus tersebut, alzheimer menyumbang 60 sampai 70 persen kasus.

"Oleh karena itu, deteksi dini dapat membantu penderita demensia dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik," kata Junita.

Baca Juga: 7 Obat Penyakit Alzheimer, Diderita Ayah Bill Gates Sebelum Meninggal

2. Alzheimer menyumbang 60-70 persen kasus pikun

Penderita Alzheimer Lebih Rentan Depresi Selama PSBB COVID-19urbanplatehealth.com

Junita mengakui penderita alzheimer rentan terpapar COVID-19, untuk itu sebaiknya keluarga memberikan perhatian dan aktif mengenali gejala COVID-19 pada penderita alzheimer. Keluarga juga harus lebih sabar dan mengalah, pakaikanlah masker serta masuklah dalam dunianya.

"Komunikasi verbal perlu diterapkan karena masa seperti ini memengaruhi proses berfikir, kita tahu otak penderita alzheimer tidak sama, sehingga sulit mereka juga sulit beradaptasi. Sabar dan mengalah menghadapi penderita," ucap dia.

3. Pandemik jadi momen menjaga lansia

Penderita Alzheimer Lebih Rentan Depresi Selama PSBB COVID-19Dr.dr Junita Maja Pertiwi, Sp, S(K), Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) (Youtube.com/ Inke Maris & Associates)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Siti Khalimah mengatakan, sekarang ini memasuki periode aging population, di mana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti peningkatan jumlah lanjut usia.

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa 7,56 persen pada 2010, menjadi 25,9 juta jiwa atau 9,7 persen pada 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat, di mana 2035 menjadi 48,2 juta jiwa atau 15,77 persen.

"Jumlah lansia yang terus meningkat tersebut dapat menjadi aset bangsa bila tetap sehat dan produktif. Namun lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Pandemik ini menjadi momen untuk kita lebih memperhatikan dan merawat lansia," kata Khalimah. 

Baca Juga: 7 Tahapan Penyakit Alzheimer, Penyebab Ayah Bill Gates Meninggal

Topik:

  • Anata Siregar
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya