Penyintas COVID-19 Depresi Akibat Stigma Negatif dari Masyarakat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kondisi pandemik yang berkepanjangan dan informasi tentang COVID-19, memicu timbulnya pelekatan negatif (stigma) pada penyintas COVID-19.
Salah satu penyintas COVID-19, Nia, mengakui bahwa stigma negatif masih melekat meski sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Nia sempat dikucilkan dari lingkungannya akibatnya dia merasakan depresi yang membuatnya sering berkunjung ke psikolog.
"Meski saya sudah sembuh tetapi gak boleh keluar, banyak omongan yang gak enak. Sampai saya sendiri merasa saya belum sembuh dan bisa menularkan. Depresi sih sampai saya harus bolak-balik ke psikolog," ujarnya dalam diskusi virtual yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Senin (28/12/2020).
1. 30 sampai 40 persen pasien COVID-19 yang telah sembuh mengalami depresi
Menanggapi hal tersebut, Psikiater Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Hervita Diatri mengatakan berdasarkan statistik hampir 30 sampai 40 persen pasien COVID-19 yang telah sembuh mengalami depresi akibat stigma negatif dari lingkungan dan masyarakat.
"Kondisi ini tentu membuat pasien sulit untuk sembuh total dari gejala COVID-19," ujarnya.
Baca Juga: 4 Fakta Kasus Pasien COVID-19 Mesum Sesama Jenis di Wisma Atlet
2. Beberapa pasien COVID-19 memilih untuk mengakhiri hidupnya
Bahkan, Hervita mengungkapkan beberapa pasien COVID-19 memilih mengakhiri hidup akibat mendapat stigma negatif dari publik. Tidak hanya itu, pasien yang terstigma rentan mengalami gangguan jiwa.
"Stigma negatif memberikan dua kemungkinan kepada pasien COVID-19. Pertama, menurunkan imunitas tubuh pasien, kedua, berdampak pada gangguan jiwa," ujarnya.
3. Tokoh agama dan masyarakat terus lakukan edukasi agar stigma hilang
Dia berharap pemerintah mengajak tokoh masyarakat dan agama untuk edukasi agar stigma negatif kepada pasien COVID-19 yang sedang menjalani perawatan atau setelah perawatan hilang.
"Bila stigma negatif tidak dihilangkan, maka sulit bagi pasien COVID-19 untuk kembali melakukan hal produktif seperti semula," ujarnya.
Baca Juga: Kenapa Penyintas COVID-19 Bisa Reaktif Saat Rapid Test Antibodi?