Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus Corona

Maydie ingin COVID-19 segera berlalu dan bisa jalan-jalan

Jakarta, IDN Times - "Saya ingin pandemik ini segera berakhir, perasaan takut dan khawatir pasti ada karena saya juga manusia, apalagi sudah banyak dokter yang meninggal," ungkap Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr. Maydie Esfandiary, Sp.P kepada IDN Times, Selasa (14/4).

Sudah satu bulan lebih dokter Maydie dan para tenaga medis di seluruh Tanah Air bergulat melawan virus corona atau COVID-19.

Banyak sudah dikorbankan di tengah pandemik virus COVID-19, tidak hanya waktu dan tenaga namun juga keluarga, termasuk dokter Maydie yang hampir tiap hari selama lebih dari sebulan ini melayani pasien virus corona di RSPP.

Baca Juga: Kisah Pilu Dokter Hayati Akibat Pasien Positif COVID-19 Tidak Jujur

1. Dihantui rasa was-was, apalagi setelah periksa pasien gejala DB yang ternyata PDP COVID-19

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus CoronaTenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Dokter Maydie bercerita, rasa khawatir sudah muncul saat berbagai negara di pelosok dunia sudah mulai terjangkit virus COVID-19. Demi mempersiapkan diri, saat itu Maydie mulai rajin menambah referensi tentang COVID-19. Meski dinyatakan pasien yang terjangkit virus COVID-19 bisa sembuh sendiri, namun rasa was-was terus menggelayut.

"Rasa was-was pasti ada, apalagi saya juga gak muda lagi, usia saya udah 56 tahun, jadi saat pertama kali (menangani pasien COVID-19) terus terang takut ya, karena bagaimana pun kita kan tidak tahu kondisi kita saat ini, bisa saja capai," ujarnya.

Masih jelas diingatan dokter Maydie sebelum virus corona menyebar luas, tepatnya satu bulan lalu, dia menerima pasien dengan gejala demam berdarah, hasil laboratorium menunjukkan hasil yang sama. Tidak ada riwayat sesak, batuk, atau gejala yang mengarah ke COVID-19.

Namun di hari ketiga, hasil rontgen dan scanning menunjukkan hasil buruk dan tidak terduga, pasien tersebut mengarah ke COVID-19 yang otomatis masuk dalam daftar Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

"Saat itu kami tidak menduga, dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang maksimal, hanya sesuai standar, ya ampun karena tahunya itu tadi (DB), yang kami takutkan adalah bukan untuk kami sendiri tetapi lingkungan, keluarga, anak, orang tua ke teman-teman, kita bisa menularkan," ungkapnya.

Karena hal ini, dokter Maydie harus mengisolasi diri dan menjaga jarak dengan keluarga.

2. Ketakutan terbesar tenaga medis jika pasien berbohong

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus CoronaTenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Namun, saat ini hal yang paling ditakutkan tenaga medis termasuk dokter Maydie adalah pasien berbohong dengan riwayatnya. Jangan sampai, lanjut Maydie, dokter salah diagnosis karena ketidakjujuran pasien. Sebab saat ini orang yang terjangkit COVID-19 terkadang tidak menunjukkan gejala.

"Risiko untuk penularannya itu yang kita takutkan, jangan sampai kita mendiagnosis itu COVID-19 tapi anggap bukan, ini malah menularkan yang lain, karena kadang-kadang gejala tidak ada gitu di orang-orang dengan daya tahan tubuh bagus" ujarnya.

"Stres pasti ya, kita takut bisa tertular, apalagi sudah banyak kan tenaga medis yang udah kena," paparnya.

Dokter Maydie menambahkan, saat awal-awal virus COVID-19 muncul, gelombang pasien di RSPP membeludak bahkan tenaga medis harus pulang larut malam. Namun sekarang, jam kerja dan pasien COVID-19 tidak terlalu banyak, sebab sudah banyak juga rumah sakit yang melayani pasien COVID-19.

"Saat awal-awal, ada teman- teman, perawat-perawat kami yang di poli ya harus bekerja sampai jam 12 malam, namun saat ini jam kerja tidak seperti saat awal pandemik, kalau saya jam kerja dikurangi biar tidak capai, dan istirahat cukup karena usia juga, ini juga berlaku untuk dokter yang usia banyak karena rentan, apalagi jika ada penyakit penyerta," terangnya.

3. Ibu dokter Maydie menangis dan meminta putrinya berhenti praktik

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus CoronaRS Pusat Pertamina (Dok. Humas RSPP)

Kekhawatiran tidak hanya muncul dari diri dokter Maydie, namun juga dari keluarga. Bahkan orang tuanya meminta Maydie berhenti praktik karena risiko tinggi terpapar virus COVID-19.

"Ibu saya sampai nangis melihat saya harus bekerja menjadi garda depan yang hampir tiap hari kontak dengan pasien COVID-19. Beliau minta saya berhenti tapi bagaimana, saya tidak bisa mundur, saya akan tetap berjuang," ujarnya.

Dokter Maydie juga sadar profesinya saat ini rentan terpapar virus COVID-19 dan menulari keluarga di rumah. Sehingga hampir tiap hari dia akan mengganti baju dan sepatu yang dipakai selama bekerja di rumah sakit. Tiba di rumah, dia langsung membersihkan badan, kemudian merendam baju yang dipakai selama di rumah sakit dengan air panas.

"Jadi sebelum bertemu keluarga semua sudah bersih, anak saya satu sudah menikah dan satu mahasiswa jadi bisa gak langsung kontak tiap pulang bekerja, namun teman-teman, perawat yang mempunyai anak-anak kecil kasian, karena tidak bisa langsung memeluk anaknya," ucap Maydie.

4. Baju hazmat itu panas dan berat, memakainya seperti di sauna, kondisi ini rentan bikin stres

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus CoronaTenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Selain risiko tertular COVID-19, dokter Maydie mengaku memakai pakaian Alat Pelindung Diri (APD) lengkap mulai hazmat, kacamata google, pelindung dan sepatu boot selama berjam-jam sangat berat, apalagi dia harus menggunakan dua lapis hazmat.

"Memakainya juga gak mudah lho, belum lagi rasanya aduh panas banget berasa sauna nih ini, sudah satu bulan lebih memakai ini pingin rasanya terbebas," kata dia.

Dokter Maydie mengakui, kondisi saat ini membuat dia rentan stres apalagi hampir tiap hari mengenakan pakaian hazmat. Untuk meredam stres dia bersama rekan sejawat saling menguatkan dan mendoakan.

"Mungkin satu-satunya jalan yang bikin senang saat ini adalah makan ya, makan yang enak, alhamdulillah kami juga difasilitas rumah sakit, namun ada juga beberapa perawat yang main tik tok untuk menghilangkan kejenuhan, joget-joget sendiri, yang paling kasihan adalah perawat karena mereka yang berhadapan langsung, jangan lupa mereka yang bersih-bersih," paparnya.

Bahkan dia meminta agar masyarakat tidak lagi mendiskriminasi tenaga medis, terutama perawat yang sudah mengorbankan banyak hal. Mereka rela tidak pulang karena takut menularkan virus ke keluarga, yang mungkin di rumah hanya ada satu kamar. Diskriminasi bisa membuat mereka lebih stres. 

5. Melihat pasien sembuh dan kembali tersenyum, menjadi penyemangat yang tak ternilai harganya

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus CoronaTenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)

Selain doa dan dukungan, yang membuat dokter Maydie tetap bersemangat adalah keinginan untuk tetap membantu orang-orang, teman-teman, sahabat, saudara saudara sampai saat ini.

"Saya juga harus tetap berjuang, istilahnya jangan sampai kita mundur hanya karena kepentingan diri kita sendiri, istilahnya kita harus tetap sehat untuk bisa membantu, itu yang membuat lebih semangat," terang dia.

Meski sudah satu bulan lebih bercengkerama dengan pasien COVID-19, dokter Maydie tetap menghadirkan cinta untuk mereka. Sebab, ucapan terima kasih pasien yang dirawat dan bisa melewati masa sulit, memberi rasa kepuasan tersendiri bagi tenaga medis.

"Rasa terima kasih mereka itu bikin kita jadi terharu yang akhirnya kita bahkan ada yang meminta nomor, saya merasakan kepuasan tersendiri yang tidak terukur dengan uang jika melihat pasien sembuh dan kembali tersenyum di pelukan keluarga mereka," ungkapnya.

6. Pemerintah harus percepat hasil tes swab, sebab saat ini hasil swab bisa keluar 10 hari

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus CoronaTahapan kondisi pasien virus corona dari hari ke hari (IDN Times/Sukma Shakti)

Untuk itu, dia berharap pada pemerintah mempercepat hasil tes swab pasien, agar dokter bisa menentukan langkah perawatan yang tepat.

"Saya harap supaya hasil tenggorok (swab) pasien bisa cepat agar tidak menularkan yang lain, sebab sekarang sudah tidak jelas sampai 10 hari hasil baru keluar, padahal hasil ini menentukan dan ditunggu pihak keluarga," ucapnya.

7. Ingin jalan-jalan ke luar negeri meredakan stres bila pandemik virus COVID-19 berakhir

Perang Batin Dokter Maydie 1 Bulan Lebih Tangani Pasien Virus Corona(IDN Times/Arief Rahmat)

Dokter Maydie juga berharap, pandemik virus corona atau COVID-19 bisa secepatnya berakhir, karena tenaga medis seolah jadi pasukan terdepan melawan virus COVID-19.

Bila pandemik COVID-19 sudah berakhir, hal yang paling ingin dilakukan oleh dokter Maydie adalah pergi ke luar negeri.

"Jika selesai saya ingin ke luar negeri, ke sejumlah negara untuk meredakan stres ini," ucapnya.

Baca Juga: Dokter Kariadi Diusulkan Pahlawan, Agar Peran Dokter Tak Terabaikan

Topik:

  • Sunariyah
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya