PERSI: Masyarakat Masih Trauma ke Rumah Sakit Meski COVID-19 Turun

RS memasuki masa relaksasi usai kasus COVID-19 menurun

Jakarta, IDN Times — Sekretaris Jenderal Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G Partakusuma mengatakan jumlah kasus COVID-19 yang turun berimbas pada kondisi rumah sakit. Saat ini, angka keterisian rumah sakit rendah dan memasuki masa relaksasi.

Meski demikian, Lia mengatakan jumlah kunjungan pasien non-COVID-19 belum banyak. Ia menduga masyarakat masih trauma.

"Jumlah kasus COVID-19, alhmdulillah sudah jauh menurun daripada sebelumnya, meski demikian masih ada stigma atau ketakutan masyarakat untuk datang ke rumah sakit," ujar Lia dalam rapat bersama Komisi IX DPR yang disiarkan melalui YouTube, Kamis (23/9/2021).

1. Pandemik COVID-19 mengubah tatanan hidup di rumah sakit

PERSI: Masyarakat Masih Trauma ke Rumah Sakit Meski COVID-19 TurunPetugas tenaga kesehatan membawa pasien ke ruangan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021). ANTARA FOTO/Novrian Arbi.

Lia mengatakan pandemik COVID-19 mengubah tatanan hidup, termasuk aturan-aturan untuk fasilitas kesehatan Indonesia. Ia menjelaskan rumah sakit telah melakukan perubahan fisik yang luar biasa sejak pandemik.

"Kami ubah semua mulai dari pintu masuk ada screening sama seperti gedung lain, penataan ruangan, tata udara dan ruangan isolasi," imbuhnya.

Baca Juga: Kondisi BOR di Rumah Sakit Jakarta, Isolasi 9 Persen dan ICU 30 Persen

2. Ruang isolasi akan digunakan untuk rawat pasien penyakit menular

PERSI: Masyarakat Masih Trauma ke Rumah Sakit Meski COVID-19 TurunIlustrasi ruang isolasi COVID-19. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Lia menambahkan rumah sakit juga banyak membuat ruang isolasi yang bisa dual function. Sehingga, tidak hanya untuk merawat pasien COVID-19, namun bisa untuk pasien dengan penyakit menular lain seperti TBC.

"Ketersediaan tempat tidur untuk pasien COVID-19 saat ini rendah dan berangsur kita turunkan. Namun mungkin hati-hati juga jangan sampai saat diturunkan tiba-tiba banyak pasien COVID-19," katanya.

3. Rumah sakit keluarkan dana banyak untuk ubah tatanan

PERSI: Masyarakat Masih Trauma ke Rumah Sakit Meski COVID-19 TurunSejumlah tenaga kesehatan merawat pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

Lia mengakui mengubah tatanan rumah sakit membutuhkan banyak dana. Apalagi saat ini kunjungan pasien non-COVID-19 belum banyak.

Selain mengubah secara tatanan, juga ada biaya lain yang sudah dimaksimalkan, misalkan ketersediaan alat pelindung diri (APD), akomodasi dan lain-lain.

"Saat ini kami sedang memperbaiki cash flow, jadi setelah beberapa saat lalu memang kita maksimalkan semuanya akan tetapi sekalian kita harus kembali perbaiki cash flow rumah sakit akhirnya penagihan klaim COVID-19 jadi hal yang penting karena rumah sakit masih memiliki piutang yang besar," kata Lia.

Baca Juga: Satgas: BOR Isolasi-ICU RS COVID-19 Kini Rata-Rata 13,38 Persen

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya