Ribuan Kasus TBC Belum Ditemukan, Kemenkes Skrining Besar-Besaran

Ada 500 ribu kasus TBC belum diobati dan berisiko menular

Jakarta, IDN Times - Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China, dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam.

Untuk menemukan dan mengobati kasus tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berencana melakukan skrining besar-besaran yang akan dilaksanakan tahun ini.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Didik Budijanto, mengatakan dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia, baru 49 persen yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat 500 ribu orang yang belum diobati serta berisiko menjadi sumber penularan.

“Untuk itu, upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam memutuskan penularan TBC di masyarakat,” katanya dikutip laman kemkes, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga: Waspada, 5 Gejala TBC Paru yang Sering Diabaikan Penderitanya

1. Kemenkes akan skrining 500 ribu kasus TBC yang belum ditemukan

Ribuan Kasus TBC Belum Ditemukan, Kemenkes Skrining  Besar-BesaranPetugas Dinas Kesehatan melakukan pendataan dan skrining kesehatan sebelum melakukan rapid test antigen kepada kernet truk yang akan melintasi Kota Jin, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, Kamis (6/5/2021). (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)

Didik melanjutkan pihaknya akan menskrining 500 ribu kasus TBC yang belum ditemukan. Skrining dilakukan dengan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien.

“Kami merencanakan skrining besar-besaran yang transformasional dengan memanfaatkan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien, termasuk bi-directional testing bagi penderita diabetes agar mereka mendapatkan pengobatan TBC sedini mungkin,” ucapnya.

2. Target eliminasi TBC pada 2030

Ribuan Kasus TBC Belum Ditemukan, Kemenkes Skrining  Besar-BesaranWebinar Situasi terkini TBC dan upaya capai bebas TB 2030 (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Didik menerangkan saat ini Kemenkes tengah mengupayakan pengadaan alat-alat yang dibutuhkan. Rencananya, skrining besar-besaran itu akan dilakukan tahun ini.

“Pelaksanaannya diutamakan tahun ini karena proses masih tetap berjalan. Dengan ditemukannya 500 ribu kasus ini, nantinya akan mempercepat kita eliminasi TBC di 2030,” kata dia.

3. Kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa

Ribuan Kasus TBC Belum Ditemukan, Kemenkes Skrining  Besar-BesaranSuasana pemukiman padat penduduk di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Provinsi Jawa Barat mendapatkan bantuan Rp68 miliar untuk program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) guna mendukung kegiatan padat karya yang menitikberatkan pada infrastruktur pemukiman terutama peningkatan kualitas pemukiman kumuh di 68 kelurahan dan desa di 19 kota atau kabupaten. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Didik menegaskan 91 persen kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya.

Saat ini, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah di antaranya Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara, daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

“Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-nya kurang, di situ potensi penularan TBC nya tinggi,” ucap Didik.

Baca Juga: TBC Anak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan 

4. Gejala awal TBC yang perlu diketahui

Ribuan Kasus TBC Belum Ditemukan, Kemenkes Skrining  Besar-BesaranIlustrasi TBC (www.myupchar.com via Wikimedia.org)

Perlu diketahui, gejala-gejala awal muncul TBC pada seseorang dapat berupa batuk, karena menyerang saluran pernapasan dan juga organ pernapasan, batuk berdahak terus-menerus selama dua sampai tiga minggu atau lebih.

Kemudian sesak napas, nyeri pada dada, badan lemas dan rasa kurang enak badan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan biasanya yang muncul adalah berkeringat pada waktu malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan apapun.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya