Semula Tak Percaya Ada COVID, Akhirnya Orang Ini Nangis Minta Tolong

Epidemiolog beberkan bukti bahwa COVID-19 nyata

Jakarta, IDN Times - Meski lonjakan kasus COVID-19 terus naik hingga menyebabkan rumah sakit dan tempat pemakaman penuh, namun masih ada saja yang menilai virus COVID-19 tidak ada dan hanya akal-akalan saja.

Salah satu perawat di rumah sakit Jakarta membagikan kisahnya menghadapi masyarakat yang tidak percaya COVID-19 sejak awal pandemik.

Perawat yang enggan dituliskan namanya ini gemas melihat tingkah laku tetangga di lingkungannya yang menyepelekan COVID-19, dan tidak percaya virus tersebut ada.

"Ya gemeslah gak pernah pakai masker, suka nongkrong, kalau dibilangin ngeyel," curhatnya kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (9/7/2021).

Baca Juga: Sehari 233 Jenazah Dimakamkan di TPU Rorotan, Tertinggi Selama COVID

1. Menangis datang ke rumah sakit minta pertolongan

Semula Tak Percaya Ada COVID,  Akhirnya Orang Ini Nangis Minta TolongSuasana RS Darurat COVID-19, Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. (IDN Times/Arief Rahmat)

Suatu ketika, lanjut perawat tersebut, tetangganya yang menyepelekan COVID-19 itu datang ke rumah sakit. Dia menangis dan meminta tolong agar keluarganya yang terkena COVID-19 ditangani.

"Saking jengkelnya saya bilang, lha katanya gak percaya COVID kok minta tolong, dia  bilang percaya kalau COVID itu nyata," cerita sang perawat.

2. Tidak percaya jika belum kena

Semula Tak Percaya Ada COVID,  Akhirnya Orang Ini Nangis Minta TolongWarga yang juga pedagang pasar menerima suntikan vaksin COVID-19, di Pasar Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (22/6/2021). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra.

Perawat yang juga bekerja sebagai sopir ambulans di yayasan swasta ini menerangkan, kebanyakan masyarakat yang tidak percaya COVID-19 belum merasakan sakit atau tertular mematikan ini.

"Heran, masih aja tidak percaya. Kalau gak percaya datang ke rumah sakit lihat kondisinya," kata dia.

3. Teori konspirasi pasti ada di tiap pandemik

Semula Tak Percaya Ada COVID,  Akhirnya Orang Ini Nangis Minta TolongEpidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman. (dok. Pribad/Dicky Budiman)

Sementara, menurut ahli epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman, tiap terjadi pandemik pasti muncul teori konspirasi termasuk terkait pandemik COVID-19. Banyak yang menilai virus COVID-19 tidak ada dan hanya akal-akalan saja.

Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia konspirasi adalah persekongkolan. Tidak hanya teori konspirasi, tapi teori-teori lain juga bermunculan untuk berusaha menjelaskan bahwa penyebab serangkaian peristiwa sering kali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok orang atau organisasi berkuasa atau berpengaruh, dengan memanipulasi kejadian-kejadian demi mencapai tujuan yang telah dirancang.

Menurut Dicky, teori-teori tersebut justru merupakan wujud dari penyangkalan sebagian manusia terhadap apa yang terjadi, karena merasa terganggu baik secara ekonomi atau pun politik.

"Jadi wajar bila timbul reaksi seperti itu," ujar Dicky.

Dia pun membeberkan sejumlah indikator untuk membuktikan bahwa COVID-19 memang nyata, bukan konspirasi. 

Baca Juga: [LINIMASA-7] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

4 Bukti ada wabah: angka kematian meningkat, banyak orang meninggal dalam waktu berdekatan atau berurutan

Semula Tak Percaya Ada COVID,  Akhirnya Orang Ini Nangis Minta TolongPemakaman jenazah pasien COVID-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara (4/7/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Dicky menegaskan, penganut teori konspirasi harus melihat fakta dan bukti, di mana wabah ini menjalar di masyarakat, kemudian angka kematian juga terus meningkat setiap hari, baik di kalangan warga maupun tenaga kesehatan.

"Jika kita buka mata dengan sekitar, banyak yang meninggal dalam waktu berdekatan, berurutan. Artinya ada kejadian luar biasa atau wabah," ucapnya.

Salah satu indikator lain yang memperlihatkan bahwa ada wabah, yakni jumlah hunian di rumah sakit terutama ruang ICU membeludak dan tidak tertampung. Selain itu, muncul klaster rumah tangga. Ini membuktikan penularan virus COVID-19 sangat masif dan serius.

"Jika di masyarakat tidak ditemukan kasus ya bagus, berarti tidak terlalu serius, sebaiknya jika sudah banyak nantinya siap-siap saja," ucap Dicky.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya