Sudah 123 Dokter Meninggal karena COVID-19, Terbanyak di Jawa Timur

IDI buat pedoman perlindungan tenaga medis

Jakarta, IDN Times - Hampir tujuh bulan pandemik COVID-19, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sudah ada 123 dokter yang meninggal terpapar COVID-19. Data ini ter-update hingga Sabtu 26 September 2020. 

Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi mengungkapkan kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah sebab saat ini pihaknya juga masih tahap verifikasi nama-nama dokter yang meninggal di tengah pandemik COVID-19.

"Terakhir 123 dokter, nama-nama yang baru masih kita verifikasi," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Senin (28/9/2020).

1. Dokter meninggal paling banyak di Jawa Timur

Sudah 123 Dokter Meninggal karena COVID-19, Terbanyak di Jawa TimurIlustrasi Duka Cita (IDN Times/Arief Rahmat)

Adib menerangkan berdasarkan sebaran dokter yang meninggal terbanyak berada di wilayah Jawa Timur sebanyak 30 orang, kemudian Sumatra 21 dokter, diikuti DKI Jakarta sebanyak 16 dokter.

Jawa Barat  11 dokter, kemudian Jawa Tengah 9 dokter yang meninggal, Sulawesi Selatan 6 dokter, Bali 5 dokter, Sumatera Selatan dan Kalimantan 4 dokter.

 

Baca Juga: Jokowi: Angka Kematian COVID-19 di RI Masih Lebih Tinggi dari Dunia

2. Tim mitigasi IDI buat pedoman perlindungan

Sudah 123 Dokter Meninggal karena COVID-19, Terbanyak di Jawa TimurWakil Ketua PD IDI, Adib Khumaidi (Youtube.com/rspi sulianti saroso video)

Untuk menekan angka kematian tenaga medis, Tim Mitigasi IDI juga telah menerbitkan pedoman atau protokol perlindungan bagi tenaga medis.

"Tujuannya sebagai upaya perlindungan dan keselamatan para tenaga medis dari penularan COVID-19," imbuh Adib.

3. Jumlah tenaga medis yang meninggal masuk dalam 10 besar dunia

Sudah 123 Dokter Meninggal karena COVID-19, Terbanyak di Jawa TimurInfografik kelelahan mental pada tenaga medis/ Arief

Adib mengungkapkan tugas dan fungsi Tim Mitigasi dokter yang  dibentuk untuk merespons bertambahnya jumlah tenaga medis yang meninggal presentasinya telah melebihi negara-negara lain di Asia dan termasuk 10 besar di dunia. Ia berharap kondisi tersebut bisa menjadi fokus pemerintah.

"Kami juga berharap kebijakan pemerintah harus seimbang antara pendekatan ekonomi dan kesehatan, karena jika ada salah satu yang dikorbankan akan berdampak bagi kemaslahatan seluruh rakyat," ujarnya.

"Tenaga medis dan tenaga kesehatan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah karena berkurangnya satu tenaga medis atau tenaga kesehatan akan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang saat ini dibutuhkan oleh Negara," imbuh Adib.

Baca Juga: IDI: Bom Waktu Pilkada 2020 Berpotensi Munculkan Jutaan Kasus COVID-19

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya