Tak Sanggup Bayar Cicilan, Sopir Taksi Online Nekat Akhiri Hidup   

Sudah dua bulan sopir ini tidak bekerja

Jakarta, IDN Times - Kisah tragis di tengah pandemi wabah virus COVID-19 dialami seorang sopir taksi online. Pria 33 tahun yang tinggal di Cikarang, Jawa Barat itu nekat mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup membayar cicilan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, pria asal Medan tersebut sering melamun karena sudah dua bulan tidak bekerja.

1. Korban melepas tali ayunan dan membawanya ke belakang rumah

Tak Sanggup Bayar Cicilan, Sopir Taksi Online Nekat Akhiri Hidup   Ilustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Arief Rahmat)

Yusri menceritakan, peristiwa itu terjadi pada Senin (6/4) lalu pukul 16.00 WIB. Anak korban melihat ayahnya melepaskan tali ayunan yang berada di dalam rumah dan kemudian menuju kebun di belakang rumah.

"Anak dan istrinya tidak melihat korban selama dua jam di dalam rumah, kemudian mereka mencari korban di belakang rumah," jelas Yusri dalam siaran tertulis, Selasa (7/4).

2. Korban ditemukan tak bernyawa di belakang rumah

Tak Sanggup Bayar Cicilan, Sopir Taksi Online Nekat Akhiri Hidup   Ilustrasi bunuh diri (Dok.IDN Times/Istimewa)

Anak korban syok melihat ayahnya sudah tergantung di dahan Pohon Sengon belakang rumah. Dia meminta tolong warga sekitar untuk menurunkan tubuh sang ayah dari tali gantungan tersebut.

"Namun sayang korban sudah meninggal," paparnya.

3. Korban ditagih cicilan kredit mobil

Tak Sanggup Bayar Cicilan, Sopir Taksi Online Nekat Akhiri Hidup   Ilustrasi uang. IDN Times/Dokumen pribadi

Pihak kepolisian mendalami kasus kematian tersebut. Berdasarkan keterangan saksi termasuk istrinya, korban sering melamun.

"Keterangan istri korban, sebelumnya ada seorang laki laki yang datang ke rumahnya menagih cicilan kredit mobil, setelah itu korban sering melamun karena sudah 2 bulan tidak narik," ujarnya.

4. Layanan telepon konseling untuk kesehatan jiwa

Tak Sanggup Bayar Cicilan, Sopir Taksi Online Nekat Akhiri Hidup   (Ilustrasi) IDN Times/Lazuardi Putra

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

  • RSJ Amino Gondohutomo Semarang(024) 672256
  • RSJ Marzoeki Mahdi Bogor(0251) 8324024, 8324025
  • RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta(021) 5682841
  • RSJ Prof Dr Soerojo Magelang(0293) 363601
  • RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang(0341) 423444

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri, dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Baca Juga: Ruang Isolasi Virus Corona di Asrama Haji Pondok Gede Siap Dipakai!

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya