Tiga Ledakan Kasus COVID-19 dalam Sepekan, Begini Respons Epidemiolog

Indonesia belum berhasil tangani pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengungkapkan, penyebaran virus COVID-19 di Indonesia saat ini sudah sangat serius.

Tercatat, sudah sepekan terakhir terjadi beberapa lonjakan penambahan kasus baru, yakni pada 27 November 2020 ada 5.828 kasus, 29 November 2020 sebanyak 6.267 kasus. Dan pada 3 Desember 2020 terdapat 8.369 kasus yang sekaligus jadi rekor tertinggi.

Meski demikian, Dicky menganggap, penambahan 8 ribuan kasus bukan hal yang mengagetkan, sebab berdasarkan permodelan epidemiologi saat ini seharusnya sudah mencapai di atas 10.000 kasus.

"Penambahan kasus 8 ribu tidak mengagetkan, ini kan data enam hari atau dua mingguan, kasus harian jarang banget dilaporkan hari itu juga. Bahkan, sesuai permodelan epidemiologi saat ini sudah mencapai di atas 10 ribu. Saya ingatkan ini belumlah yang terburuk, walau pun total angka kasus capai 500 ribuan, jika lihat trennya bisa dua kali sampai tiga kali lipat kasusnya," ujar dia saat dihubungi IDN Times, Jumat (4/12/2020).

Baca Juga: Ini Penjelasan Satgas soal Lonjakan Kasus Harian COVID-19 Hingga 8.369

1. Data harian yang menunjukkan perasaan aman palsu

Tiga Ledakan Kasus COVID-19 dalam Sepekan, Begini Respons EpidemiologIlustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Dicky menyampaikan agar tidak terpaku dengan data harian yang menunjukkan perasaan aman palsu. Namun, yang dilihat adalah  positivity rate mingguan COVID-19 di Indonesia yang memperlihatkan kondisi memburuk.

"Tinggi itu di atas 5 persen, dan ini selalu di atas 10 persen, bahkan 13 persen atau 14 itu sangat tinggi, melihat data mingguan sekali pun ya kondisi kita masih memburuk. Dan dilihat dari positivity rate pergerakannya juga semakin meningkat tiap minggunya, ini semakin serius," imbuhnya.

2. Testing dan tracing masih rendah

Tiga Ledakan Kasus COVID-19 dalam Sepekan, Begini Respons EpidemiologIlustrasi Swab Test (ANTARAFOTO/Basri Marzuki)

Dicky mengatakan saat ini pekerjaan rumah pemerintah masih banyak, terutama meningkatkan kapasitas testing dan tracing yang masih rendah. Sesuai standar tes COVID-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemeriksaan yang harus dilakukan minimal 1 per 1.000 penduduk dalam kurun waktu satu minggu.

"Cakupan testing dan tracing tidak hanya standar minimal WHO, tapi juga sesuai eskalasi pandemik dan tes positivity rate di bawah 5 persen. Indonesia belum semua wilayah yang sudah memenuhi dua indikator tersebut, hanya DKI Jakarta, Sumatra Barat, Yogyakarta. Ini seharusnya jadi signal serius dan PR," ujarnya.

3. Kondisi Indonesia juga semakin memburuk

Tiga Ledakan Kasus COVID-19 dalam Sepekan, Begini Respons EpidemiologIlustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19, ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Dicky mengatakan kondisi Indonesia juga semakin memburuk ditandai angka hunian rumah sakit dan kematian yang kembali tinggi. Dia menilai Indonesia belum berhasil menangani pandemik COVID-19 yang dibuktikan dengan kurva semakin naik.

"Kita masih naik dan berada di ketinggian, pertanda tidak bagus. Indonesia tidak sendirian yang gagal tangani pandemik selama sembilan bulan. Negara lain yakni Brasil, India, juga mengalami gelombang pertama yang lama dan semakin menguat, kita harus lakukan evaluasi," tegasnya.

Baca Juga: Satgas: Sebesar 30,8 Persen Masyarakat di Restoran Tak Taat Protokol

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya