Tragedi Kanjuruhan: Kisah Muzaki di Kejadian 'Horor' Pintu 12
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Muhammad Muzaki Maksum, masih tergolek lemah dengan kondisi tangan dan pelipis diperban akibat luka saat terjadi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu.
Meski sudah sepekan berlalu, namun tragedi yang menewaskan 131 orang masih meninggalkan trauma tersendiri pada remaja 19 tahun itu.
Suasana malam mencekam --saat gas air mata menghujaninya-- masih terpatri di ngatannya. Peristiwa memilukan tersebut terjadi saat Muzaki dan 6 rekannya bersemangat menonton tim kebanggaannya Arema FC bertanding melawan Persebaya.
Jauhnya jarak antara rumah di Kabupaten Bllitar ke Kabupaten Malang, tak menyurutkan semangat untuk melihat langsung dan memberi dukungan penuh pada tim 'Singo Edan' itu bertanding. Dia bersama enam rekan berangkat menggunakan sepeda motor dari Blitar ke Malang. Hujan deras tak dipedulikan untuk melihat tim kesayangan berlaga.
Baca Juga: Teka-Teki Penjual Dawet Misterius di Kanjuruhan, Kini Dilacak Polisi
1. Suasana jadi mencekam saat penonton dihujani gas air mata
Muzaki mengaku sangat menikmati pertandingan dari awal sampai selesai. Kendati agak kecewa karena tim kebanggaan kalah, ia hanya bisa memberi dukungan agar timnya bangkit lagi.
Namun, suasana berubah tegang tatkala gas air mata menghujani area Stadion Kanjuruhan, disertai histeris teriakan penonton yang berlomba-lomba cari pintu keluar.
Saat itu mata Muzaki terasa perih, dan kebingungan mencari jalan keluar. Dia dan rekannya lalu berbondong-bondong cari pintu keluar, hingga menumpuk di pintu 12 di stadion itu.
2. Muzaki tertindih di pintu 12 Stadion Kanjuruhan
Suasana mengerikan tersebut terlihat di pintu 12 saat penonton menumpuk cari pintu keluar. Muzaki bahkan terjatuh dan tertindih dengan penonton lain yang berjuang mencari secercah nafas di tengah kepungan gas air mata.
Muzaki juga terus berjuang keras mencari celah keluar dan akhirnya berhasil meski tangannya mengalami luka dan pelipisnya berdarah. Pikiran Muzaki saat itu adalah mencari pertolongan dengan mendatangi polisi yang ada di dekatnya, meminta tolong dan diantarkan ke ruang perawatan di rumah sakit.
Muzaki tidak tahu lagi bagaimana keadaan teman-temannya saat itu karena suasana dalam stadion mencekam. Demikian kesaksiannya disitat Antara, Minggu (9/10/2022).
3. Orangtua Muzaki syok mendengar anaknya jadi korban
Hujan tangis mewarnai pertemuan dengan orangtuanya. Sang orangtua tak menyangka jika tragedi Kanjuruhan menyebabkan korban begitu banyak, hingga ratusan orang.
Editor’s picks
Rina Wahyuni, ibunda Muzaki mengaku syok saat mendapat telepon yang mengabarkan bahwa anaknya dirawat di rumah sakit karena menjadi korban tragedi itu.
Suasana hati berkecamuk, sehingga ia pun memutuskan dengan suami, Yudi Santoso, berangkat ke Malang, menjemput anakny meski jam menunjukan pukul 03.00 dini hari. Dengan naik mobil, ia dan suami menerobos dinginnya cuaca melewati jalur menuju Malang.
Setelah memastikan kondisi anaknya, mempertimbangkan kondisi mental anaknya, ia dan suami memutuskan membawanya pulang ke Blitar karena kondisi pasien berjubel di rumah sakit. Kenyataan itu membuat ia tak tega jika anaknya tetap dirawat di rumah sakit di Malang.
Dibawa pulang adalah pilihan terbaik hingga kemudian dibawa ke rumah sakit di Kabupaten Blitar.
4. Kenginan Muzaki jadi polisi tertunda
Kejadian tragis tersebut membuat keinginan Muzaki untuk jadi polisi tertunda. Sebab orangtuanya berencana mendaftarkan Muzaki menjadi polisi tahun ini. Sejak lulus tahun lalu, Muzaki langsung daftar di Polri dan TNI, namun kala itu tidak lolos.
Muzaki mengambil pelatihan khusus sebelum mendaftar untuk mengikuti seleksi. Pelatihan pun sudah berjalan dua pekan, namun harapannya untuk bisa kembali daftar harus ditangguhkan.
Saat ini, keluarga pun masih fokus pada upaya penyembuhan dan pemulihan sebelum Muzakki berjuang lagi mendaftar di kepolisian. Meski demikian, sang ibu tetap optimistis kesehatan anaknya cepat pulih, sehingga berbagai uapaya ditempuhnya.
5. Mensos Risma berikan semangat pada Muzaki
Menteri Sosial Tri Rismaharini yang menyerahkan bantuan untuk korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang sempat berdialog dengan Muzaki dan kedua orangtuanya.
Risma memberikan semangat kepada Muzaki agar ia lekas pulih dari cedera sebelum mendaftar di kepolisian.
Mensos Risma memberikan bantuan untuk keluarga korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Ada 5 warga Kabupaten Blitar yang meninggal dunia dalam peristiwa itu, 11 orang mengalami luka sedang, dan 2 orang lainnya luka berat. Hingga kini, dua orang itu masih dirawat intensif di rumah sakit.
Selain data tersebut, ternyata masih ada korban lainnya yang menurut Tagana Kabupaten Blitar belum tercatat. Setidaknya, ada 10 orang korban Tragedi Kanjuruhan asal Blitar yang belum terdata karena mereka baru ditemukan.