UNICEF: Jutaan Nyawa Anak di Dunia Terancam karena Pandemik COVID-19

Layanan kesehatan dan imunisasi tidak bisa berjalan maksimal

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang menghantam berbagai negara membuat layanan layanan kesehatan terganggu akibatnya jutaan nyawa tambahan dalam risiko di seluruh dunia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memperingatkan bahwa COVID-19 dapat membalikkan kemajuan puluhan tahun dalam mengurangi kematian anak. Sebuah survei UNICEF di 77 negara menemukan 68 persen melaporkan salah satu laporan gangguan kesehatan anak dan imunisasi karena pandemi COVID-19.

Bahkan, pemodelan yang dilakukan awal tahun ini oleh Universitas Johns Hopkins menemukan hampir 6.000 anak tambahan dapat meninggal setiap hari jika gangguan perawatan kesehatan COVID-19 berlanjut dalam jangka menengah.

1. Jumlah kematian balita global terendah di 2019, tapi pandemik COVID-19 bisa memperburuk catatan di 2020

UNICEF: Jutaan Nyawa Anak di Dunia Terancam karena Pandemik COVID-19Nur Rohim bersama anak didiknya di SMP Satap Lesten Gayo Lues, Aceh (Dok.Pribadi/Nur Rohim)

Dilansir laman AFP, UNICEF bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia menemukan pada tahun 2019 jumlah kematian balita global terendah dalam catatan. 

Tahun lalu, sekitar 5,2 juta anak meninggal karena penyakit dapat dicegah, dibandingkan dengan 12,5 juta pada tahun 1990. Selama 30 tahun terakhir telah terlihat kemajuan luar biasa dalam mencegah atau mengobati penyebab kematian bayi termasuk kelahiran prematur dan pneumonia. 

UNICEF memperingatkan bahwa pandemik berisiko membatalkan semua ini dengan menghentikan layanan kesehatan rutin anak dan ibu.

Baca Juga: Penelitian UNICEF, Anak-anak Alami Tiga Krisis Akibat Pandemi COVID-19

2. Anak dan ibu di negara berpenghasilan rendah tidak dapatkan perawatan

UNICEF: Jutaan Nyawa Anak di Dunia Terancam karena Pandemik COVID-19Ilustrasi rumah sakit. IDN Times/Dokumentasi RSUDAM

Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore mengatakan, anak-anak dan ibu terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tidak mendapatkan akses perawatan kesehatan karena kasus COVID-19.

"Komunitas global telah melangkah terlalu jauh untuk memberantas kematian anak yang dapat dicegah untuk memungkinkan pandemi menghentikan langkah kita," katanya. 

"Tanpa investasi yang mendesak untuk memulai kembali sistem dan layanan kesehatan yang terganggu, jutaan anak balita, terutama bayi baru lahir, dapat meninggal," imbuhnya.

3. 7 negara memiliki angka kematian anak di atas 50 dari per 1.000 angka kelahiran

UNICEF: Jutaan Nyawa Anak di Dunia Terancam karena Pandemik COVID-19Ilustrasi (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Menurutnya, perawatan di negara berkembang relatif murah dan sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup anak. Misalnya, perempuan yang menerima perawatan oleh bidan profesional, 16 persen lebih kecil kemungkinannya untuk kehilangan bayinya dan 24 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kelahiran prematur, menurut WHO. 

Survei tersebut menemukan bahwa 7 negara memiliki angka kematian anak lebih dari 50 kematian dalam tiap 1.000 kelahiran hidup tahun lalu.

4. Kematian anak baru lahir meningkat karena adanya kekhawatiran tertular COVID-19

UNICEF: Jutaan Nyawa Anak di Dunia Terancam karena Pandemik COVID-19Tenaga medis beraktivitas di halaman tower lima Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, di Jakarta, Jumat (11/9/2020) (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Dia mencontohkan di Afghanistan, di mana 1 dari 17 anak meninggal sebelum ulang tahun kelima mereka. Selain itu, Kementerian kesehatan setempat melaporkan adanya pengurangan yang signifikan dalam kunjungan ke fasilitas kesehatan.

"Sebagian besar gangguan mungkin disebabkan oleh ketakutan tertular COVID-19. Tetapi ada risiko besar bagi ibu dan bayi yang menghindari fasilitas kesehatan yang tidak ada hubungannya dengan virus corona," ungkapnya.

Baca Juga: Bantu Anak di Era Pandemik, UNICEF Berikan 800 Paket Recreational Kits

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya