Viral, Dokter Paru Tolak Ventilator demi Pasien Lain di Akhir Hidupnya

Titik terakhir penyelamatan nyawa pasien adalah ventilator

Jakarta, IDN Times - "Berikan ventilator ini pada pasien yang muda saja, mereka lebih perlu diselamatkan daripada saya” ujar Profesor dokter Taufik SpP(K) kepada anaknya yang juga seorang dokter, saat dirawat di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.

Meski napasnya sesak karena terserang COVID-19, dokter paru ini menolak ventilator yang sudah dipersiapkan. Hanya dalam hitungan jam, Taufik mengembuskan napas terakhir.

Kisah haru dan menyentuh dokter paru yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang ini viral di media sosial.

Baca Juga: Kisah Dokter Harus Pilih Selamatkan 1 dari 3 Pasien COVID-19 di IGD

1. Ujian akhir seorang profesor

Viral, Dokter Paru Tolak Ventilator demi Pasien Lain di Akhir HidupnyaKabar duka Prof dr Taufik SpP(K) meninggal. (twitter.com/DokterPodcast)

Kisah nyata tersebut diceritakan oleh Mardisyaf Ramli yang diunggah oleh akun Twitter @dokterpodcast. Dalam postingan yang menyertakan foto Taufik tersebut, Mardisyaf menuliskan, ternyata seorang profesor sampai di detik akhir kehidupannya masih harus menjalani ujian.

"Siapa lagi yang berhak menguji Profesor? apakah teman-teman sesama Profesor, Rektor atau Dekan?. Ternyata bukan, beliau Prof, Prof Dr Taufik SpP(K) diuji oleh yang menciptakannya Allah SWT. Bagaimana cara Allah mengujinya? (Ujian Akhir Seorang Profesor)," tulis Mardisyaf dalam sampul yang berlatar foto Prof Dr Taufik yang dikutip @dokterpodcast, Selasa (13/7/2021).

2. Titik terakhir penyelamatan nyawa pasien adalah pemasangan ventilator

Viral, Dokter Paru Tolak Ventilator demi Pasien Lain di Akhir HidupnyaTenaga kesehatan merawat pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

Mardisyaf menceritakan, saat Prof Taufik terkonfirmasi COVID-19, sang anak yang juga seorang dokter paru membawa ayahnya ke rumah sakit khusus penanganan COVID-19 agar mendapatkan perawatan. Beberapa hari dirawat, Taufik mengalami sesak napas dan memerlukan ICU dan ventilator.

"Anda tahu, titik terakhir penyelamatan nyawa pasien sebagai usaha maksimal sebagai dokter adalah pemasangan ventilator," tulisnya.

3. Profesor menolak ventilator, meminta agar diberikan kepada orang yang berpotensi sembuh

Viral, Dokter Paru Tolak Ventilator demi Pasien Lain di Akhir HidupnyaSejumlah tenaga kesehatan merawat pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

Sisi lain, sebelum dipasangkan ventilator, Profesor Taufik menilai sendiri kondisi parunya melalui CT scan dan laboratorium lain. Dari ilmunya, sang Profesor menyimpulkan ventilator sebaiknya diberikan saja kepada orang yang berpotensi sembuh.

"Masya Allah, dengan ikhlas dia tolak ventilator yang sudah dipersiapkan. Hanya dalam hitungan jam, beliau mengembuskan napas terakhir. Insya Allah beliau husnul khatimah," ujar Mardisyaf mendoakannya.

"Beliau paham bahwa ventilator ini jadi rebutan banyak orang yang butuh," imbuhnya.

Baca Juga: Kisah Dokter Kewalahan Rawat 100 Pasien COVID-19

4. Warganet terharu dan mendoakan Profesor Taufik

Viral, Dokter Paru Tolak Ventilator demi Pasien Lain di Akhir HidupnyaIlustrasi Duka Cita (IDN Times/Arief Rahmat)

Sontak postingan ini viral, dan sudah di-retweet sebanyak 4,9 ribu dan disukai 10 ribu kali. Sejumlah netizen memberika doa dan merasa terharu, salah satunya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

"Keluhuran jiwa .. selamat jalan Prof .. semoga Tuhan memberi tempat terbaik disisiNya," cuit Susi.

Bahkan seorang warganet sampai menitikan air mata membaca kisah nyata tersebut.

"Saya menitikkan airmata membacanya. Gila ga kebayang menilai kegawatan diri sendiri. Sampai bisa ambil keputusan yg tidak egois masih memmentingkan orang lain. Alfatihah utk Prof Taufik. Sbg husnul khotimah," tulis salah satu warganet.

Tidak sedikit warganet yang mengenal beliau sosok yang baik.

"Dilematis bgt Disatu sisi dirinya butuh, & harus sembuh, krn nyawanya terancam. Disatu sisi lainnya beliau mrsa utk menolong org lain yg lbh membutuhkan alat tsb ketimbang dirinya Semoga husnul khotimah Saya jd saksi di dunia kalau beliau adlh pribadi yg baik dan tidak egois," cuit salah satu akun.

Dalam akun media sosial Perhimpunan Dokter Paru Indonesia disebutkan bahwa Prof Dr Taufik meninggal pada 8 Juli 2021 lalu. Selamat Jalan Profesor...

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya