Bayi Mudah Memar, Waspadai Tanda Hemofilia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Meski penyakit langka, penderita hemofilia bisa dideteksi sejak bayi. Ketua Unit Kerja Hematologi dan Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Bambang Sudarmanto, mengungkapkan minimnya pengetahuan dan sosialisasi tentang hemofilia membuat masyarakat tidak mengetahui bahwa hemofilia ada di tengah publik. Sehingga tidak heran, banyak orang tua kurang peduli terhadap penyakit hemofilia.
"Sebagian besar orang tua tidak sadar jika anaknya menderita hemofilia, padahal penyakit kelainan darah ini bisa diketahui sejak bayi, bahkan saat lahir," ungkap Bambang.
Baca Juga: HMHI Luncurkan Aplikasi Hemofilia Indonesia
1. Waspadai jika bayi terlahir dengan kepala benjol
Bambang mencontohkan, saat seorang ibu melahirkan normal dan menemukan benjolan di kepala bayinya, kondisi itu wajib diwaspadai sebagai tanda hemofilia.
"Kesadaran akan hemofilia ini harus dideteksi sejak dini. Selain benjolan di kepala bayi, bisa juga saat memotong tali pusar terjadi pendarahan yang cukup lama," terang dia.
2. Bayi hemofilia mudah memar
Jika tidak menemukan tanda hemofilia saat bayi lahir, bisa juga muncul ketika bayi masuk dalam masa tumbuh kembang.
Saat fase merangkak, biasanya bayi yang menderita hemofilia mengalami lebam di siku atau kulit. Terlebih saat bayi belajar duduk, bagian bokong akan membiru dan bengkak.
"Pendarahan mulai kerap terjadi saat bayi belajar berjalan sebab bayi penderita hemofilia kulitnya mudah memar jika mengalami gesekan, meski hanya terantuk," jelas Bambang.
3. Gejala umum hemofilia
Editor’s picks
Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI), Prof dr. Djajadiman Gatot, Sp. A (K), menambahkan bahwa secara umum gejala hemofilia bisa diketahui dari contoh kasus semisal pendarahan yang terjadi di tiap organ tubuh, terutama sendi dan otot saat terjadi benturan.
"Pendarahan yang terjadi tanpa sebab ini dinamakan pendarahan spontan. Seiring bertambahnya usia, pendarahan spontan sering terjadi dan saat terjadi pendarahan, sulit atau lama membeku," papar dia.
4. Pendarahan harus cepat ditangani
Lebih lanjut dia menerangkan, jika terlambat ditangani, pemulihan pendarahan pada penderita hemofilia dapat memakan waktu lama.
"Selain itu, pengobatan yang dibutuhkan bakal semakin kompleks, bahkan resiko kecacatan sangat tinggi," ungkap Djajadiman.
5. Hemofilia penyakit kelainan darah
Wakil ketua HMHI Bidang Medis, Dr. dr. Novie Amekia Chozie, menjelaskan hemofilia merupakan kelainan darah langka yang menyebabkan pendarahan sulit terhenti apabila penderitanya terluka. Hal tersebut karena pada tubuh pasien hemofilia tidak terdapat salah satu faktor pembeku darah atau kadar pembeku darahnya rendah. Sehingga, benang-benang fibrin tidak terbentuk.
"Keadaan tersebut membuat darah sulit membeku. Akibatnya, pendarahan akan berlangsung lama dibandingkan orang normal," jelas Novie.
6. Hemofilia bukan penyakit menular
Novie menegaskan hemofilia bukan penyakit menular. Hemofilia dapat diturunkan atau diwariskan melalui gen orang tua.
"Hemofilia merupakan kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak laki-laki sejak lahir. Penderita hemofilia akan mengidap kelainan ini seumur hidupnya," ungkap dia.
Baca Juga: Mitos Hemofilia, Dianggap Penyakit Kutukan Hingga Santet