Waspada Virus Marburg Asal Afrika, Sudah Renggut 9 Jiwa

Marburg adalah salah satu virus yang mematikan

Jakarta, IDN Times - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan kasus penyakit Marburg yang berasal dari Guinea Ekuatorial, sebuah negara di Afrika, pada Senin 13 Februari 2023. Sampai saat ini belum dilaporkan kasus atau suspek penyakit Marburg di Indonesia, namun pemerintah tetap meminta masyarakat untuk waspada.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengingatkan pemerintah dan masyarakat, jangan sampai lengah terhadap virus tersebut.

“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (28/3/2023).

Baca Juga: Pertama Kali Terdeteksi, Virus Marburg Tewaskan Lima Orang di Tanzania

1. Kemungkinan importasi kasus virus Marburg di Indonesia rendah

Waspada Virus Marburg Asal Afrika, Sudah Renggut 9 JiwaIlustrasi pasien di rumah sakit (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Syahril menerangkan, Indonesia melakukan penilaian risiko cepat (rapid risk assessment) penyakit virus Marburg pada 20 Februari 2023.

"Hasilnya didapatkan bahwa kemungkinan adanya importasi kasus virus Marburg di Indonesia adalah rendah," katanya.

Meski demikian, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Marburg. Pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, SDM kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait untuk waspada terhadap virus Marburg.

2. Terdapat 9 kematian dan 16 kasus suspek yang dilaporkan

Waspada Virus Marburg Asal Afrika, Sudah Renggut 9 JiwaIlustrasi tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Berdasarkan laporan kasus yang diterima WHO, terdapat 9 kematian dan 16 kasus suspek yang dilaporkan di Provinsi Kie Ntem. Gejala yang dialami berupa demam, kelelahan (fatigue), muntah berdarah, dan diare.

"Dari 8 sampel yang diperiksa, 1 sampel dinyatakan positif virus Marburg. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Guinea Ekuatorial yang terjadi diperkirakan telah dimulai sejak 7 Februari 2023," beber Syahril

3. Salah satu virus paling mematikan dengan fatalitas mencapai 88 persen

Waspada Virus Marburg Asal Afrika, Sudah Renggut 9 JiwaGambar virus corona jika dilihat dari mikroskop. (BSIP/Universal Images Group)

Virus Marburg (filovirus) merupakan salah satu virus paling mematikan dengan fatalitas mencapai 88 persen. Penyakit virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang jarang terjadi. Virus ini satu family dengan virus ebola. Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus Marburg.

Marburg menular lewat cairan tubuh langsung dari kelelawar/primate. Kelelawar host alami virus Marburg yaitu Rousettus Aegyptiacus bukan merupakan spesies asli Indonesia dan belum ditemukan di Indonesia, namun Indonesia masuk jalur mobilisasi kelelawar ini.

4. Gejalanya mirip dengan penyakit lain

Waspada Virus Marburg Asal Afrika, Sudah Renggut 9 JiwaNakes RSUD A.M Parikesit Lakukan Pemeriksaan pada Anak Pasien Demam Berdarah (Ilustrasi)

Syahril menerangkan, gejala yang timbul berupa demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare, dan perdarahan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan perdarahan pada hidung, gusi, vagina atau melalui muntah dan feses yang muncul pada hari kelima sampai hari ketujuh.

"Gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini menyebabkan penyakit virus Marburg susah diidentifikasi," ungkapnya.

Baca Juga: Guinea Khatulistiwa Laporkan Wabah Virus Marburg Pertama di Negaranya!

5. Belum ada obat dan vaksin yang menangkal virus Marburg

Waspada Virus Marburg Asal Afrika, Sudah Renggut 9 JiwaIlustrasi vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Syahril mengatakan, sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia di dunia untuk menangkal virus ini. Vaksin masih dalam pengembangan. Saat ini ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1 yakni vaksin Strain Sabin dan vaksin Janssen.

“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” ucap Syahril.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya