WWF: 400 Mamalia Laut Terdampar di Pesisir RI Selama 4 Tahun Terakhir 

Lebih dari 300 ekor penyu juga terdampar

Jakarta, IDN Times - Masih ingat dengan kejadian paus terdampar di pesisir Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, pada 2021? Ternyata tidak hanya satu-dua kasus ini terjadi.

Di perairan Tuban, Jawa Timur, pernah juga ada paus sepanjang 15 meter terdampar. Ada juga kasus bangkai paus berukuran 25 meter terdampar di perairan Cirebon.

Tidak berhenti di situ, seekor orca juga ditemukan mati di Pantai Bangsring Banyuwangi. Belum lagi 49 ekor paus terdampar di Madura. Kejadian tersebut merupakan salah satu dari puluhan kasus mamalia laut yang terdampar di wilayah perairan Indonesia.

Baca Juga: Adik Prabowo Bakal Bangun Konservasi Satwa Liar Dekat IKN Nusantara

1. Sebanyak 400 mamalia laut terdampar di pesisir Indonesia

WWF: 400 Mamalia Laut Terdampar di Pesisir RI Selama 4 Tahun Terakhir ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Berdasarkan data yang dikutip dari World Wide Fund for Nature (WWF), telah ditemukan lebih dari 300 ekor penyu dan 400 mamalia laut yang terdampar di wilayah pesisir laut Indonesia selama empat tahun terakhir.

Namun, karena minimnya informasi dan keterbatasan peralatan yang memadai, satwa-satwa yang terdampar tersebut tidak segera mendapatkan penanganan dan perawatan segera. Parahnya, mamalia laut seperti paus, lumba-lumba, dan hiu paus merupakan hewan yang terancam punah.

2. Mayoritas kondisi kesehatan hewan laut yang terdampar buruk

WWF: 400 Mamalia Laut Terdampar di Pesisir RI Selama 4 Tahun Terakhir Ilustrasi. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Oleh karena itu, Yayasan WWF Indonesia mendukung gerakan jaringan First Responder yang dirintis Kementerian Kelautan Perikanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), serta Whale Stranding Indonesia.

First Responder merupakan gerakan penanggap pertama mamalia laut terdampar. Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi atau mencegah kematian satwa laut yang terdampar di wilayah pesisir pantai. Sebab, mayoritas kondisi kesehatan hewan laut yang terdampar buruk dan butuh perawatan medis.

3. I AM Flying Vet melakukan upaya medis secara cepat

WWF: 400 Mamalia Laut Terdampar di Pesisir RI Selama 4 Tahun Terakhir Ilustrasi menanam terumbu karang (wwf.or.id)

Yayasan WWF Indonesia juga mendukung Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia (IAM Flying Vet) dengan memberikan fasilitas, pengadaan obat-obatan, hingga pelatihan yang dibutuhkan dokter hewan anggota IAM Flying Vet.

I AM Flying Vet dibentuk sebagai respons terhadap kondisi meningkatnya kejadian megafauna laut terdampar, dan membantu pemerintah bergerak melakukan upaya penanganan medis secara cepat dan tanggap terhadap megafautik.

Pertolongan diberikan pada golongan reptilia (penyu), elasmobranch (hiu dan pari) serta mamalia laut (duyung, paus, dan lumba-lumba) di lokasi kejadian, berupa pertolongan hidup, penanganan penyakit, investigasi kematian, serta meminimalkan dampak negatif kejadian terdampar bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Baca Juga: 7 Risiko yang Bisa Terjadi, Jika Satwa Liar jadi Peliharaan

4. Waringin Hospitality berdonasi melalui IAM Flying Vet

WWF: 400 Mamalia Laut Terdampar di Pesisir RI Selama 4 Tahun Terakhir ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Corporate Director of Marketing Waringin Hospitality, Metty Yan Harahap, mengatakan Hospitality Hotel Group turut bergerak memberikan bantuan donasi melalui IAM Flying Vet.

Metty mengungkapkan gerakan seperti ini tentu membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak untuk tujuan penyelamatan megafauna akuatik, agar anak dan cucu mereka masih tetap bisa melihat kemegahan hewan-hewan yang terancam punah.

"Semoga apa yang kita lakukan ini bisa menginsiprasi kita semua untuk bergerak turut serta membantu gerakan ini," ujarnya melalui siaran tertulis, Rabu (20/4/2022).

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya