Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan Gelap

Perjuangan seorang perempuan yang mendadak kehilangan penglihatannya

Jakarta, IDN Times - Habis gelap terbitlah terang, begitu kata Ibu Kartini. Namun ada kalanya gelap berlangsung terus menerus, seperti yang dialami Cheta Nilawaty (34 tahun).

Sejak operasi mata yang dijalaninya hampir dua tahun lalu, ia tak pernah lagi melihat terang. "Rasanya seperti dimasukin ke dalam kardus lalu ditutup tanpa bisa dibuka lagi," katanya kepada IDN Times, Selasa (27/3).

Cheta masih mengingat kapan terakhir kali ia bisa melihat: 21 Desember 2016. Saat itu perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai wartawan ini dijadwalkan menjalani operasi mata.

"Hari itu saya berusaha mengingat semua yang saya lihat, karena mungkin saya tidak akan pernah bisa melihat lagi," kata Cheta.

Dan ketakutannya terjadi. Setelah operasi berakhir, ia tak pernah bisa melihat lagi. 

1. Berawal dari asap putih

Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan GelapUnsplash/ Aaron Mello

Mei 2016. Cheta sedang mengetik ketika asap putih mendadak menyelimuti layar monitornya. Saat itu ia bertanya kepada teman yang duduk di sebelahnya kenapa monitornya berasap.

Namun teman tersebut mengatakan tak ada yang salah dengan monitor. Tak ada kabut apalagi asap. Cheta lalu memutuskan untuk beristirahat di bangku panjang dekat meja kerjanya.

Ketika ia menatap lampu di langit-langit, ia kembali melihat asap. "Ini mata saya yang rusak apa lampu kantor yang error, ya?" batin Cheta.

Karena penasaran, ia kembali bertanya pada teman di dekatnya. Teman tersebut langsung menyarankannya pergi ke dokter, "Cepat diperiksa ke dokter aja, jangan-jangan glukoma," kata Cheta mengulang ucapan temannya.

Tak menunggu lama, Cheta pun langsung meluncur ke rumah sakit di wilayah Permata Hijau, Jakarta Selatan. Setelah diperiksa, dokter menyatakan ada pendarahan pada matanya. Cheta kemudian dirujuk ke rumah sakit lain. 

Cheta mengikuti saran dokter. Hari itu juga ia berpindah ke rumah sakit rujukan. Di rumah sakit ini, dokter yang lebih senior mengatakan kalau ia menderita Ablasio Retina. "Dokter bilang retina mata saya sobek," kata Cheta.

2. Bolak-balik menjalani operasi mata

Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan Gelaptime.com

Dokter saat itu mengatakan tak ada pilihan bagi Cheta selain operasi. Meski sempat terkejut, takut, dan cemas, namun Cheta akhirnya menerima saran dokter.

Ia menjalani operasi pertamanya pada 25 Mei 2016. Sejak itu ia bolak-balik ke meja operasi. Hingga Desember 2016, Cheta secara total telah menjalani delapan kali operasi mata.

Hasilnya? Tak banyak perubahan. "Saya tetap harus memicingkan mata agar bisa fokus. Kabutnya juga tidak berkurang," kata Cheta.

Kondisi matanya semakin memburuk hingga akhirnya, setelah menjalani operasi terakhir pada Desember 2016, Cheta tak bisa melihat sama sekali, sampai hari ini.

3. Sempat drop dan putus asa

Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan GelapFacebook/Cheta Nilawaty

Tak mudah menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa melihat lagi. Itulah yang dialami Cheta. Hatinya remuk, kepercayaan dirinya hancur. Ia banyak menangis. Marah dan sedih bercampur menjadi satu.

"Badan saya sampai turun 8 kilogram," katanya.

Bahkan Cheta pernah meminta temannya untuk dikenalkan dengan tukang pijat atau tukang kerupuk --dua pekerjaan yang identik dengan tunanetra.

"Walaupun saya tunanetra tapi paling tidak saya masih berguna buat orang lain," katanya.

Namun pelan-pelan ia bisa menerima keadaan dan mulai bersahabat dengan gelap. "Meski sampai saat ini saya masih belum sepenuhnya ikhlas," katanya.

4. Mengenal Yayasan Mitra Netra

Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan GelapCheta bersama ibunda tercinta. Facebook/Cheta Nilawaty

Cheta cukup  beruntung karena sebelum menjalani operasi terakhir, sebelum dirinya benar-benar tidak bisa melihat, ia pernah berkunjung ke Mitra Netra, yayasan yang banyak membantu tunanetra.

Di sana ia disarankan membeli tongkat. Awalnya Cheta keberatan memakai tongkat, meski saat itu pandangannya sudah masuk kategori low vision. Namun sahabat di Mitra Netra mengatakan, selain berguna memandu jalan, tongkat juga akan membuat orang lain tahu dirinya tunanetra.

"Itu buat identitas kalau mata kamu udah gak bener, jadi orang tahu kamu tunanetra," begitu kata teman di Mitra Netra.

Dari komunitas ini Cheta juga belajar mengetik dan mengoperasikan telepon genggam. Cheta mengatakan ada feature khusus untuk tunanetra yang bisa diinstal di laptop. Telepon genggam pun ternyata menyimpan feature untuk tunanetra.

"Kalau di Android namanya Talk Back. Kalau IOS namanya Voice Over," kata Cheta.

Butuh waktu sekitar dua bulan bagi Cheta untuk mempelajari aplikasi tersebut. Kini, ia sudah bisa berchatting ria di WhatsApp. "Ini sangat membantu sekali," katanya.

5. Indra pendengarannya semakin tajam

Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan GelapFacebook/Cheta Nilawaty

Cheta merasakan ada sesuatu yang aneh dengan telinganya sejak ia kehilangan penglihatan. Kini, pendengarannya sangat peka. "Bahkan saya sekarang bisa mendengar jarum yang jatuh," katanya.

Beberapa sahabat sesama tunantera, kata Cheta, juga merasakan hal yang sama. Ia bersyukur dengan kelebihan ini, sebab kini ia bisa merasakan keberadaan seseorang hanya dengan mendengar embusan nafasnya.

Namun Cheta mengatakan dirinya sangat tersiksa jika mendengar klason motor atau mobil atau ketika ada orang yang berteriak. "Mungkin saya belum terbiasa saja," katanya.

6. Kembali aktif bekerja 

Kisah Cheta: Pergulatan Panjang Melawan GelapInstagram/@chetaningrum

Cheta kini telah kembali bekerja, meski tak lagi menulis berita. Hari-hari cerianya telah kembali. Meski tak bisa melihat lagi, ia masih bersyukur karena pernah diberikan kesempatan melihat dunia. Sebab, menurutnya, banyak yang sudah tidak bisa melihat sejak masih kecil. 

Cheta mungkin tak bisa lagi melihat terang, namun ia tak pernah kehilangan cahaya. Sebab cahaya itu selalu berpendar di hatinya, menginspirasi banyak orang untuk tak kalah oleh gelap.

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya