Perkawinan Campur Susah Dilakukan, Mengapa?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Laporan Gregorius Aryodamar Pranandito
Jakarta, IDN Times - Penulis buku 'Beda Itu Berkah' Leila Mona Ganiem menjelaskan mengapa perkawinan campur susah untuk dilakukan. Penjelasan tersebut disampaikan Mona dalam Festival Hadhrami yang digelar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Rabu (25/4).
Hmm..kira-kira kenapa, ya?
1. Kawin campur berpotensi konflik
Mona memaparkan jika perbedaan latar belakang budaya yang dimiliki antarcalon pasangan suami-istri merupakan salah satu faktor di balik sulitnya perkawinan campur.
"Perkawinan campur itu gak mudah, lebih banyak berpotensi konflik dibandingkan perkawinan dengan budaya yang sama," ucapnya.
Mona menambahkan perkawinan campur cenderung akan membuat kedua pasang bereaksi dengan latar belakang budaya yang dimiliki.
Baca juga: Yuk! Mengenal Sejarah Masuk Hadhrami ke Indonesia
2. Banyak keluarga sulit menerima perkawinan antarbudaya
Editor’s picks
Selain berpotensi konflik, Mona juga menjelaskan jika keluarga dari kedua calon pasangan umumnya tidak akan menerima perkawinan antarbudaya yang berbeda.
"Banyak keluarga yang tidak menerima perkawinan campur karena akan menimbulkan penderitaan emosional yang hebat," jelasnya.
3. Meski sulit, bukan berarti gak bisa
Untuk kamu yang memimpikan perkawinan beda budaya gak perlu khawatir, sebab meskipun sulit ternyata bisa loh. Mona menjelaskan menurut penelitiannya yang ia lakukan pada 2006 menunjukan perkawinan campur di Indonesia lebih dominan.
"Pada 342 perkawinan ternyata pada generasi pertama total perkawinannya adalah 83% antar Hadhrami, generasi kedua 61%, dan generasi ketiga 55.3%," jelasnya.
Hal tersebut menujukan jika perkawinan campur khususnya Hadhrami dengan non hadhrami jumlahnya semakin membesar.
Jadi, apa kamu tertarik nikah beda budaya?
Baca juga: Tiga Tokoh Hadhrami Ini Ikut Merintis Kemerdekaan Indonesia